
Kenapa aku tak jadi debu? Tidak akan pernah merasa duka, walau dibawa angin entah ke mana. Walau pun diinjak-injak manusia, disingkirkan tanpa makna. Tak ada kesempitan di tengah-tengah alam yang lengang. Tak terasa hilang di antara makhluk ramai berkeliaran. Tidak usah hina oleh dosa dan takut azab lagi siksa. Sebab debu-lah dia adanya. Tidak peduli walau segala mencela, namun dia tetaplah dia. Mengalir pada air. Melompat di udara. Apakah adanya sia-sia? Tenggelam dalam kelicikan dan berpikir begitu rupa, lantas menjawab “ya”. Namun tidak, kawan. Tidak senoktah debu pun tercipta sia-sia.
Namun akulah manusia, dipeluk takdir yang tidak sanggup aku lawan. Aku harus berdiri melawan nyeri, bertempur menghambur dosa. Hidup dengan lara dan cita-cita. Lantas mati dan bertanggung jawab buat semuanya. Betapa tak terperi. Betapa tiada tara! Apakah aku bisa? Aku bisa? Betapa ngeri aku dengan hidup seperti ini. Dengan takdir seperti ini. Layakkah aku jadi manusia? Seonggok daging dan sepercik darah yang harus bertanggung jawab akan dirinya. Sungguh ngeri segalanya itu! Tapi alam mengajarkan aku sebuah keyakinan. Bahwa pencipta di belakang jagad raya mengetahui segalanya. Dan Dialah yang memberi aku nama: manusia. Dan menganugerahkan takdir bersamanya. Dia tahu aku bisa, dan Dia mau aku berusaha. Tanya itu selalu datang. Kenapa aku tak jadi debu? Tanpa dosa.!! Dan pada debu-lah aku mendapatkan jawabannya. [sayf]
ok mang…