King Suleiman Bukan Sultan Suleiman

Sultan Suleiman Alqanuni
Sultan Suleiman Alqanuni

Saat ini publik Indonesia sedang dibanjiri oleh serial-serial luar negeri. Setelah serial dari Taiwan dan Korea mengalir bak air bah, datang pula serial-serial dari India, dan salah satu serial impor yang saat ini sedang ramai dibicarakan adalah serial King Suleiman yang berasal dari Turki.

King Suleiman, atau di negera asalnya, Turki, berjudul Muhteşem Yüzyıl (The Magnificent Century atau Abad Gemilang), pertama kali ditayangkan di Indonesia oleh ANTV mulai tanggal 22 Desember 2014. Stasiun tivi yang dikenal banyak menayangkan serial dari India ini menyuguhkan King Suleiman dengan amat spesial pada penayangan perdananya. Durasinya dua jam tanpa jeda iklan. Sesuai data AC Nielsen (24/12), King Suleiman berhasil menjadi juara di slotnya dengan perolehan rating 5,6 dan share sebesar 25,9. Selain di Turki, King Suleiman telah meraih perhatian pemirsa di 60 negara lainnya. Di Indonesia, serial ini ditayangkan Senin-Sabtu pukul 21.30 WIB di ANTV.

King Suleiman menjadikan sosok Sultan Suleiman Alqanuni sebagai figur sentral di dalam cerita. Serial ini pun menjadikan masa pemerintahan Sultan Utsmani kesepuluh itu sebagai latar belakang kisahnya. Hanya saja, sosok agung Sultan Suleiman dan masa keemasan pemerintahannya tidak terlihat sama sekali di dalam alur cerita. Dalam serial ini Sultan Suleiman yang agung digambarkan tidak lebih sebagai lelaki yang terlibat banyak konflik percintaan dengan harem-haremnya dan bahkan minum alkohol (yang jelas diharamkan Islam). Tak heran jika serial ini kemudian menuai banyak kontroversi dan kecaman.

Di Indonesia sendiri respon negatif mengalir sejak penayangan perdana serial King Suleiman. Kebanyakan dari mereka memandang bahwa serial ini tidak islami dan tidak memperlihatkan keagungan Sultan Suleiman sama sekali. Serial ini juga dianggap menyesatkan sejarah Islam dan menghina pemimpin Islam. Ada juga yang mengusulkan agar serial ini segera dihentikan penayangannya oleh KPI.

Saat pertama kali serial ini ditayangkan di ShowTV, salah satu stasiun tivi di Turki, masuklah setidaknya 70.000 keluhan. Radyo ve Televizyon Üst Kurulu (lembaga pengawas radio dan televisi Turki) menyatakan bahwa ShowTV telah berhutang permohonan maaf kepada publik karena telah mengekspos “privasi dari seorang sosok historis.” Bahkan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan menyayangkan ditayangkannya serial ini dan mengatakan bahwa serial ini telah memperlihatkan citra negatif pada sejarah Turki untuk generasi muda. Markas ShowTV sampai didatangi demonstran dan dilempari dengan telur.

Serial King Suleiman ini pun akan menimbulkan kesan bahwa kerjaan sultan itu hanya nongkrong di istana sambil bersenang-senang dengan perempuan-perempuan cantik. Padahal lebih dari separuh masa pemerintahannya, Sultan Suleiman tidak ada di istana, melainkan pergi berjihad memerangi musuh-musuh Islam. Para sejarawan pun mengkritik banyak penyimpangan yang ada di dalam serial ini. Menurut Leslie Peirce, profesor studi tentang Utsmani di New York University, pada era Utsmani, masyarakat yang sopan tidak banyak membicarakan tentang perempuan, dan tulisan tentang perempuan pun sangat sedikit sekali. Jadi tidak ada sama sekali perkataan ‘beginilah caranya harem bekerja.’ Cerita-cerita tentang hal itu berasal dari orang-orang Eropa, terutama orang Venesia. Jadi memang sebagian besar, kalau tidak mau dikatakan semua, gambaran tentang harem di dalam serial King Suleiman adalah penyimpangan dari kondisi harem yang sebenarnya pada masa Utsmani.

Sejarawan Ahmet Yaşar Ocak mengatakan bahwa dia tidak menyukai serial ini. Sementara penulis Okay Tiryakioğlu mengatakan bahwa serial ini mengedepankan imajinasi barat. Dia juga mengatakan bahwa segala hal dalam serial ini tidak akurat, kecuali kostum dan setting lokasinya. Lebih pedas lagi, penulis Mustafa Armağan mengatakan bahwa serial ini hanya akan menghancurkan cita-cita masyarakat. Para penulis itu lebih jauh berkomentar bahwa penggambaran serial ini tentang harem memang amat jauh dari kenyataan.

Jika kita melihat dari sudut pandang fiksi-sejarah (serial ini bergenre fiksi-sejarah), harus juga diperhatikan bahwa kisah dan karakter-karakter yang diangkat tidak boleh menyimpang dari sejarah aslinya. Jika dalam serjarah Sultan Suleiman adalah seorang pejuang Islam dan pemimpin yang adil kepada rakyatnya, maka di dalam fiksi-sejarah ia harus juga digambarkan seperti itu. Jangan digambarkan sebaliknya. Sudah sepantasnya kita memuliakan para pahlawan Islam yang berjuang demi menegakkan kalimatullah di muka bumi ini dalam setiap karya fiksi yang kita buat.

Jelaslah bahwa serial King Suleiman memang tidak mencerminkan Sultan Suleiman sama sekali sebagaimana yang diklaim. Bahkan apa yang digambarkan di dalam serial itu tidak mendekati Sultan Suleiman sedikit pun. Serial ini hanya akan menghadirkan citra buruk bagi generasi Islam tentang para pahlawan Islam. Sudah seharusnya serial ini dihentikan penayangannya.

Prihatin

Memang prihatin sekali hidup jaman sekarang. Istri saya mengeluh kepada saya. Dia belanja ke warung, habis uang sekian belas ribu Rupiah, tapi yang berhasil dia beli nggak seberapa. Innalillahi wa inna ilayhi roji’un, harga-harga berbagai kebutuhan semakin tidak terkendali. Tempo hari seorang kawan saya chatting via WA dengan saya. Dia mengeluhkan kondisi sekarang yang amat sangat berat. Saat istrinya melapor bahwa popok anaknya telah hampir habis, hal itu terdengar seperti sebuah teror (hiperbolis sekali). Itulah kenyataannya.

Pasca dinaikkannya harga bahan bakar minyak (BBM), otomatis harga-harga melambung tinggi. Bahkan ketika hal ini hanya baru sekadar isu saja, harga-harga sudah merangkak naik. Orang-orang yang kaya dan elit pastinya tidak akan terlalu merasakan dampak dari kebijakan ini. Tetapi bagaimana dengan rakyat kecil? Mereka tentunya tidak akan bisa bertahan menerima hantaman yang sangat keras seperti ini. Kondisi mereka yang telah rapuh akan semakin hancur dan tidak karuan. Mereka tidak akan bisa berbuata apa-apa lagi. Kasihan benar rakyat kecil!!!

Setelah semuanya ini terjadi, akibat selanjutnya adalah akan muncul banyak penjahat. Orang sudah hampir tidak peduli lagi pada tindak tanduknya. Orang sudah tidak peduli lagi pada halal atau haram. Mereka akan menabrak semua norma karena perut mereka lapar. Mereka punya keluarga yang harus dinafkahi, sementara harga-harga melambung tinggi. Mereka punya perut yang mesti diisi tetapi penghasilan mereka tidak mencukupi. Bahkan bisa jadi, mereka sudah tidak punya penghasilan sama sekali.

Rakyat Indonesia bukanlah orang-orang yang malas. Mereka rajin bekerja untuk mencari nafkah yang halal. Mereka akan melakukan apapun untuk memenuhi segala kebutuhan mereka dan keluarga mereka. Dan mereka tidaklah bersalah. Yang bersalah adalah, orang-orang yang menciptakan kondisi yang amat berat dan amat menekan ini, sehingga semua harga menjadi melambung tinggi. Yang bersalah adalah orang-orang yang menjual negeri ini dan segala sumber dayanya kepada korporat-korporat asing. Yang bersalah adalah orang-orang yang membuat undang-undang yang memungkinkan konglomerat asing menjajah negeri ini. Yang bersalah adalah mereka yang menghamba kepada Kapitalisme-sekular, yang karena penerapannya, yang diuntungkan hanyalah segelintir pemilik modal dan elit penguasa. Sementara rakyat tetap saja menderita!