Perang Rantai

Ilustrasi pasukan Persia.
Ilustrasi pasukan Persia.

Perang Dzatus Salasil, atau Perang Rantai adalah perang yang terjadi antara Khulafaur Rasyidin dan Kekaisaran Sassan Persia. Pertempuran ini terjadi di Kuwait tak lama setelah Perang Riddah selesai dan wilayah Arab sebelah timur disatukan di bawah kekuasaan Khalifah Abu Bakar. Perang ini pun merupakan perang pertama yang terjadi pada Khulafaur Rasyidin, ketika kaum muslim bergerak untuk melebarkan wilayah kekuasaannya.

Latarbelakang

Misnah bin Haris adalah seorang pemimpin kabilah di wilayah timur laut Arabia, yang terletak di dekat perbatasan Persia. Setelah perang terhadap orang-orang murtad, Misnah menyerang kota-kota Persia di Iraq. Penyerangan-penyerangan itu berhasil, dengan mendapatkan sejumlah besar harta rampasan perang. Misnah bin Haris pergi ke Madinah untuk mengabarkan tentang kesuksesannya kepada Khalifah Abu Bakar, dan Abu Bakar menunjuknya sebagai komandan bagi rakyatnya; yang setelah peristiwa ini, dia melakukan penyarangan lagi yang lebih dalam kepada Iraq. Dengan mengandalkan ketangkasan dan kecepatan gerak pasukan kavaleri ringannya, dia bisa dengan mudah menyerang kota-kota di dekat gurun pasir dalam kemudian menghilang lagi di gurun pasir, meninggalkan pasukan Persia yang tidak sanggup mengejarnya. Pergerakan Misnah membuat Abu Bakar memutuskan untuk menyerang Iraq. Untuk memastikan kemenangannya, Abu Bakar menetapkan dua langkah: pasukan penyerang itu keseluruhannya adalah pasukan sukarela, dan pasukan ini akan dipimpin oleh jenderal terbaiknya, Khalid bin Walid. Setelah mengalahkan nabi palsu Musailamah pada Perang Yamamah, Khalid masih berada di Yamamah saat abu Bakar mengirimkan perintah untuk menundukkan Kekaisaran Sassan Persia. Dengan menjadikan Al-Hirah sebagai sasaran, Abu Bakar mengirimkan bantuan dan memerintahkan kepala kabilah di kawasan timur laut Arab Misnah bin Haris, Mazhur bin Adi, Harmala dan Sulma untuk bergerak di bawah komando Khalid. Pada sekitar minggu ketiga bulan Maret 633 M (bertepatan dengan minggu pertama Muharram tahun ke-12 Hijriyah) Khalid keluar dari Yamamah dengan tentara berkekuatan 10.000 personel. Dia mengirimkan surat untuk Hormuz, gubernur Persia di provinsi Dast Meisan.

“Masuklah ke dalam Islam, maka kau akan selamat. Atau membayar jizyah, sehingga kau dan rakyatmu akan berada di bawah perlindungan kami, atau kau yang akan dipersalahkan akibat konsekuensi perbuatanmu itu, sebab aku akan mengirimkan pasukan yang mencintai kematian, sebagaimana pasukanmu sangat mencintai kehidupan.”

Para kepala kabilah dan pasukan mereka (masing-masing berjumlah 2000 prajurit) bergabung dengan Khalid dalam pertempuran ini. Dengan demikian Khalid memasuki Kekaisaran Persia dengan membawa 18.000 prajurit. Komandan Persia menginformasikan kepada Kaisar tentang ancaman dari Arab ini dan mengkonsentrasikan pasukan untuk menghadapinya, termasuk sepasukan besar prajurit Kristen Arab sebagai tambahan.

Strategi Khalid

Pasukan Persia adalah salah satu pasukan terkuat, terlatih, dan memiliki persenjataan terbaik pada masanya, dan merupakan pasukan ideal untuk pertempuran berhadap-hadapan dan barisan-barisan yang rapi. Satu-satunya kekurangan dari pasukan Persia adalah kesulitannya bergerak: Pasukan Persia yang membawa senjata berat membuatnya kesulitan untuk bergerak cepat, dan kecamuk perang yang lama akan melelahkan mereka. Di sisi yang lain, pasukan Khalid bisa bergerak bebas, mereka menaiki unta-unta dan kuda-kuda sehingga mereka siap untuk serangan kavaleri. Strategi Khalid adalah untuk menggunakan kecepatan ini dan menghantam kelemahan pasukan Persia. Dia berencana untuk memaksa pasukan Persia untuk mengeluarkan seluruh kekuatan pasukannya sampai habis, kemudian menyerang sampai pasukan Persia kelelahan. Kondisi geografis amat menolong Khalid dalam menjalankan rencana ini.

Ada dua rute menuju Ubullah, melewati Kazima atau melewati Hufair, kemudian Khalid menulis surat kepada pemimpin Persia, Hurmuz, dari Yamamah, sehingga dia menyangka bahwa Khalid akan menempuh rute langsung menuju Ubullah, yaitu dari Yamamah, kemudian ke Kazima, kemudian tiba di Ubullah.

Hari Pertempuran

Karena menyangka Khalid bin Walid akan datang melewati Kazima, Hurmuz membawa pasukannya dari Ubullah menuju Kazima. Sesampainya di Kazima ternyata tidak ada tanda-tanda kedatangan pasukan Muslim. Kemudian datanglah informasi yang diberikan oleh prajurit pengintai bahwa Khalid bin Walid dan pasukannya bergerak menuju Hufeir. Karena Hufeir berjarak 21 mil saja dari Ubullah, kondisi ini membahayakan pusat komando Hurmuz. Ubullah yang merupakan pelabuhan penting bagi Kekaisaran Sassan Persia, terletak di dekat Busra pada masa sekarang ini. Hurmuz dengan segera memerintahkan seluruh pasukannya bergerak menuju Hufeir, yang jaraknya 50 mil. Khalid menunggu di Hufeir sampai prajurit pengintainya menginformasikan tentang semakin dekatnya pasukan Hurmuz dengan terburu-buru. Dengan melewati gurun pasir yang gersang, Khalid dan pasukannya bergerak menuju Kazima. Sesampainya di Hufeir, Hurmuz mendapat informasi bahwa Khalid dan pasukannya sedang bergerak menuju Kazima. Karena Hurmuz tidak bisa membiarkan rute Kazima dikuasai pasukan muslim, sekali lagi, pasukan Persia yang telah disulitkan karena membawa senjata berat itu diperintahkan bergerak menuju Kazima. Pasukan Persia tiba di Kazima dalam keadaan kelelahan.

Hurmuz segera menyebarkan pasukannya menuju peperangan dalam formasi normal, yang terdiri dari barisan tengah dan barisan sayap. Komandan yang memimpin di kedua pasukan sayap adalah Qubaz dan Anusyjan. Prajurit Persia mengikat diri mereka sendiri dengan rantai sebagai sebuah tanda kepada musuh bahwa mereka lebih baik mati daripada melarikan diri dari medan perang karena kekalahan. Hal ini mengurangi bahaya ditembusnya pasukan Persia oleh pasukan kavaleri musuh, sebab diikatnya setiap prajurit dengan rantai akan menyulitkan gerak pasukan musuh untuk menciptakan celah yang bisa ditembus untuk melakukan penetrasi. Karena pasukan Persia terorganisir dan dan terlatih baik untuk pertempuran berhadap-hadapan, taktik ini memungkinnya bertahan selayaknya batu di hadapan kepungan musuh. Namun rantai-rantai itu memiliki kekurangan besar; jika terjadi kekalahan maka para prajurit tidak akan bisa melarikan diri, karena kamudian rantai-rantai itu berubah menjadi belenggu bagi para prajurit. Itulah kegunaan dari rantai-rantai itu yang kemudian dari sanalah perang ini dinamai. Hurmuz menyebarkan pasukannya di bagian depan tepi barat Kazima, menjaga agar Kazima tetap dilapisi oleh pasukannya. Khalid menyebarkan pasukannya dengan memposisikan gurun di belakang mereka, sehingga mereka bisa mundur jika terjadi kekalahan. Sebelum pertempuran, Hurmuz menantang Khalid bin Walid untuk berduel. Khalid menerima tantangan itu dan Hurmuz berhasil dibunuh oleh Khalid. Hurmuz telah menampatkan komandan terbaiknya di dekat arena duel untuk segera membunuh Khalid jika Khalid berhasil mengalahkannya. Mereka berhasil meraih Khalid, tetapi mereka semua dibunuh oleh Qa’qa’ bin Amir, salah satu komandan di pasukan Khalid. Kematian Hurmuz adalah kemenangan Psikologis bagi pasukan muslim, dan Khalid memerintahkan serangan umum untuk memanfaatkan kemenangan psikologis dari pasukan Persia ini. Pasukan Persia yang kelelahan tidak mampu untuk menahan serangan yang lama dan pasukan Muslim berhasil menembus barisan pasukan Persia di banyak tempat. Komandan pasukan Persia pada bagian sayap, Qubaz dan Anusyjan, memerintahkan mundur dari medan perang, yang kemudian memicu mundurnya pasukan Persia secara keseluruhan. Sebagian besar pasukan Persia yang tidak terikat rantai berhasil melarikan diri, tetapi pasukan yang terikat rantai tidak bisa bergerak cepat, dan ribuan dari mereka terbunuh.

Pasca Perang

Setelah berkecamuknya perang rantai, Khalid mengalahkan pasukan Persia dalam tiga pertempuran lagi, kemudian berhasil menyelesaikan misinya dengan merebut al Hirah. Serangan pasukan muslim yang pertama terhadap Iraq selesai dalam waktu 4 bulan. Abu Bakar tidak mengarahkan Khalid bergerak lebih dalam menuju wilayah Persia, sebab Persia telah mengirimkan pasukan bantuan yang bisa dengan mudah dikalahkan oleh pasukan muslim, dan perintah untuk Khalid selanjutnya adalah merebut Hira. Setelah sembilan bulan, Abu Bakar mengirm Khalid untuk mengomando pasukan muslim menyerang Kekaisarn Bizantium di front Siria.

Jangan Mau Ditipu Lagi!!!

ritual_caleg_1-300x185Hiruk-pikuk pemilu semakin terasa saja. Semakin banyak caleg dan partai yang bermanuver dengan gayanya masing-masing. Dan itu semua makin memperlihatkan kepada kita tentang berbagai kepura-puraan dari orang-orang yang bergabung di dalam arena pemilu itu. Semua yang dilakukan oleh orang-orang yang bergabung di dalam hiruk-pikuk pemilu itu menunjukkan betapa mereka sangat bernafsu untuk menjadi anggota legislatif mau pun menjadi pemimpin. Sampai-sampai mereka melakukan apa pun, sekali lagi melakukan apa pun, agar bisa berhasil menjadi anggota legislatif atau menjadi presiden.

Sudah sama-sama kita ketahui bahwa ada caleg yang sampai kungkum di sungai, saking inginnya menjadi anggota legislatif. Ada yang pergi ke dukun; ada yang nyogok; dan banyak lagi yang melakukan “apapun”, ya “apapun”. Bahkan sampai-sampai ada banyak analisis yang menyatakan bahwa nanti pasca pemilu akan ada banyak caleg yang menjadi gila karena tidak berhasil lolos dalam kontes pemilu.

Dari sini sebenarnya sudah jelas sekali penipuan yang ada di dalam demokrasi, dan penipuan itu terus-menerus berjalan. Jangan sampai kita ditipu lagi, jangan sampai kita ditipu lagi.

Dari Dulu Itu Melulu!

Rame kampanye!
Rame kampanye!

Aktifitas kampanye para caleg sudah dimulai dan tadi pagi lewat di jalan kampung saya. Ramai dan meriah sekali. Ribut dan berisik. Kendaraan kampanye dari berbagai partai tersedia, dan semuanya melintasi jalan dengan riuh-rendah. Orang-orang kampung dengan antusias berjajar di pinggir jalan dan menyaksikan kemeriahan yang terjadi. Para peserta kampanye itu membagikan berbagai hal kepada orang-orang kampung. Ada yang membagikan kaos kepada para pemuda, ada juga yang membagikan kerudung kepada ibu-ibu. Anak-anak kecil dihibur dengan saweran duit cepekan, sementara jurkam (juru kampanye) berteriak-teriak di corong mikrofon agar orang-orang kampung memilih caleg yang dijagokan. Dari dulu memang selalu begitu.

Kalau kita perhatikan, apa yang selalu dijanjikan oleh parpol, para caleg, dan para capres pun kebanyakannya janji-janji yang basi. Dari dulu janjinya itu melulu, tetapi tidak pernah terwujud menjadi kenyataan. Kalau kita lihat iklan Partai Golkar, katanya mereka ingin mewujudkan pendidikan gratis mulai dari SD sampai lulus SMA. Kayaknya sejak bertahun-tahun yang lalu janji itu selalu saja didengungkan oleh banyak pihak, tetapi sampai sekarang tidak pernah terrealisasi. Maka janji yang sama pada hari ini dijanjikan lagi, dan untuk kesekian kalinya rakyat tertipu lagi. Malang benar nasib rakyat.

Salah satu kata yang paling sering digunakan oleh para juru kampanye adalah “saatnya.” Biasanya bunyinya begini, “saatnya kita menegakkan kedaulatan pangan”; “saatnya pendidikan gratis”; “saatnya meraih kesejahteraan rakyat”; “saatnya sumberdaya alam dikuasai kita sendiri”; “saatnya bla bla bla…” Dan kata “saatnya” itu sudah diucapkan dari dulu berkali-kali. Sekarang masih diucapkan juga, kalau begitu “saatnya” itu kapan?

Orang-orang yang memutuskan untuk tidak memilih (golput) seringkali disalahkan dan dituduh macam-macam. Katanya orang-orang seperti ini tidak mau peduli pada nasib bangsa; dibilang bodoh; dibilang malas; dibilang tidak mau berpikir dan apatis. Padalah boleh jadi orang-orang yang tidak mau memilih itu telah menyadari berbagai kerusakan yang ada di dalam tubuh demokrasi dan seluruh penyelenggaraannya. Karena dia memahami hal itu, maka dia tidak mau memilih. Kalau misalnya di hadapan kita disodorkan pilihan, yang kesemua pilihan itu adalah sampah, masa’ sih kita masih mau juga memilih? Lihat saja, pilihan apa saja yang disodorkan kepada kita? Partai sekular yang tidak akan pernah mau memerjuangkan penegakan Islam? Atau partai Islam yang telah menggadaikan Islam kemudian berubah menjadi partai sekular? Lalu apa lagi? Lantas kalau para peserta pemilu itu isinya hanya hal-hal macam begini, lantas kenapa kita mesti memilih?

Sering Salah, Gampang Lupa!

jalan-dakwahSetidaknya ada dua hal yang amat menakutkan di mata saya, DAKWAH dan MENULIS. Lah kok begitu? Bukankah kedua hal ini adalah kebaikan? Dakwah adalah kewajiban dari Allah kepada setiap muslim untuk menyebarkan kebaikan dan mengajak kepada Islam, sedangkan menulis bisa menjadi salah satu sarana dari dakwah itu sendiri, sekarang kenapa disebut menakutkan? Terlebih lagi, bukankah saya adalah seorang penulis, kenapa saya malah menyebut menulis itu mengerikan? Jangan-jangan saya ini “penulis yang aneh”??!! (meminjam nada Tora di Extravaganza).

Dakwah dan menulis, ketika mereka dirangkaikan menjadi satu, maka mereka akan bersenyawa menjadi kekuatan yang luarbiasa. Keduanya akan saling mendukung, menguatkan, dan melengkapi, bersimbiosismutualisme. Jangkauan dakwah akan menjadi jauh lebih luas jika ia telah dituangkan dalam bentuk tulisan. Kenyataan ini bisa kita lihat dari surat-surat dakwah Rasulullah yang beliau sampaikan kepada para raja dan kaisar, yang jarak mereka terpisah jauh dengan Rasulullah. Surat adalah salah satu bentuk dari tulisan.

Lantas kenapa di awal tadi saya sebut dakwah dan menulis itu dua hal yang menakutkan? Jawabannya, karena saya khawatir, jangan-jangan, baik sadar maupun tidak sadar, saya tidak melaksanakan apa yang telah saya dakwahkan dan tuliskan! Dan konsekuensi dari tindakan ini amatlah mengerikan, murka dan kebencian di sisi Allah subhanahu wata’ala. Terlebih lagi, saya hanyalah seorang manusia yang sering salah dan gampang lupa! Na’uzubillah.

Namun ketakutan dan kekhawatiran saya tadi tidaklah mengubah apa-apa. Ketakutan dan kekhawatiran saya tidaklah menggugurkan kewajiban dakwah di pundak saya. Saya pun tidak bisa melepaskan diri dari dunia tulis-menulis. Terlepas dari semua itu, ada banyak sekali kebaikan yang bisa saya raih dari dua aktifitas yang amat mulia ini, baik untuk dunia mau pun akhirat. Tinggalah saya yang mesti mampu mawas diri, walau pun mungkin itu sulit! Semoga Allah Yang Maha Pemurah mengampuni dosa kita semua. Aamiin.