Hakimnya Gila, Terdakwanya Mayat

Lukisan Jean Paul Laurens ini memperlihatkan Paus Stefanus sedang menuding Paus Formosus yang sudah menjadi mayat busuk.
Lukisan Jean Paul Laurens ini memperlihatkan Paus Stefanus sedang menuding Paus Formosus yang sudah menjadi mayat busuk.

Jelas banget di dalam Alquran surah Al-Bayyinah ayat 6 Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang kafir dari golongan ahli kitab dan musyrik berada dalam neraka Jahanam. Merekalah seburuk-buruknya makhluk.”

Ahli kitab adalah Yahudi dan Nasrani, sedangkan musyrik adalah pemeluk agama lain di luar Yahudi dan Nasrani. Di dalam ayat di atas jelas banget disebutkan bahwa mereka berada dalam neraka, dan bukan cuma itu, mereka juga seburuk-buruknya makhluk. Yuk simak sebuah kisah yang memperlihatkan bahwa orang-orang kafir itu seburuk-buruknya makhluk.

Para sejarawan menamai periode Kepausan pada abad ke-9 dan 10 Masehi sebagai “Pornokrasi”. Pastinya istilah ini bikin kita bertanya-tanya, sistem pemerintahan itu demokasi, teokrasi, dan krasi-krasi lainnya, tapi kok ada ya pornokrasi? Berarti pemerintahan porno dong? Presidennya Hugh Heffner yang bikin majalah Playboy, hehehe.

Pornokrasi memang pernah ada, seperti yang tadi D’Rise sebutkan, bahwa pada abad 9 dan 10 Masehi, Tahta Kepausan di Vatikan tenggelam dalam pornokrasi, yakni pemerintahan para Paus yang sepenuhnya dikendalikan oleh para kekasih gelap dan bahkan para pelacur. Para Paus hanya menjadi pion-pion yang diatur sepenuhnya oleh cewek-cewek nakal dari keluarga berpengaruh di Italia, seperti Keluarga Spoleto. Kisah kita dimulai dari sini.

Continue reading Hakimnya Gila, Terdakwanya Mayat

Not The End of Ghazi

Stories of Ghazi
Stories of Ghazi

Menyelami sepak terjang dan derap langkah para Ghazi memang pengalaman yang luar biasa. Luar biasa yang saya maksud di sini memang benar-benar luar biasa. Ada banyak sekali hal yang dipandang orang sekarang sebagai keajaiban. Saya menyelami obsesi dan kegigihan yang mencengangkan, yang mungkin akan banyak dipandang orang sekarang sebagai ‘kegilaan’. Ada banyak orang yang bertanya-tanya, dari mana datangnya obsesi dan kegigihan yang begitu besar? Hingga semua itu sanggup menjungkirbalikkan dunia, dan mewujudkan sesuatu yang selama ribuan tahun dianggap mustahil. Semua itu terlihat pada diri para Ghazi yang bergerak di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad al-Fatih, pemimpin para Ghazi.

Ratusan tahun sebelum masa mereka, hal ini pun pernah terjadi. Ketika di bawah kepemimpinan para Khalifah Rasyidah, tentara Islam merontokkan singgasana dua adidaya yang selama ratusan tahun menguasai dunia, Persia dan Romawi. Saking mengejutkannya peristiwa itu, seorang pendeta Kristen, John Bar Pankaye, bertanya-tanya: “Bagaimana caranya orang-orang Arab yang terbelakang itu bisa menaklukkan peradaban maju seperti Persia dan Romawi. Padahal mereka bertempur tanpa baju zirah, hanya mengandalkan pedang dan kuda-kuda mereka.” (The Great Arab Conquest, by Hugh Kennedy).

Continue reading Not The End of Ghazi