Siapa yang tidak kenal Sherlock Holmes! Karakter detektif cerdas hasil karya Sir Arthur Conan Doyle ini amatlah memukau. Para pecinta Sherlock Holmes pun pasti tidak akan melewatkan film layar lebarnya yang dibintangi oleh Robert Downey Jr. Sudah dirilis dua film Holmes yang dibintangi oleh Downer Jr. (filmnya lumayan keren).
Sherlock Holmes begitu dikenal dengan kecerdasan dan ketelitiannya dalam mengamati lingkungan di sekitarnya, juga tempat kejadian perkara (TKP) dari kasus-kasusnya. Dengan kemampuan seperti ini dia jadi sanggup untuk menganalisis apa yang sebelumnya pernah terjadi di tempat-tempat itu dan memprediksi langkah apalagi yang akan diambil oleh sang kriminal yang sedang dikejarnya. Kemampuan seperti ini memang membutuhkan kecerdasan yang tinggi dan ketelitian pengamatan. Selain itu, pengalaman dan jam terbang pun amat dibutuhkan untuk bisa mencapai taraf kemampuan seperti itu.
Kalau melihat Sherlock Holmes yang keren banget itu saya jadi kepengen juga punya kemampuan seperti itu. Tapi ternyata bukan cuma Sherlock Holmes aja yang bisa, apalagi Holmes cuma tokoh fiksi. Ada juga seorang ulama panutan kita yang punya kemampuan lebih dari Sherlock Holmes. Malahan ulama kita ini bukan tokoh fiksi, tetapi tokoh nyata. Pernah hidup dan bernafas seperti kita. Beliau adalah permata kaum muslim, Imam Syafi’i.
Ada sebuah kisah yang keren sekali yang memperlihatkan kepada kita bahwa Imam Syafi’i memiliki kecerdasan yang luar biasa. Beliau bukan hanya ulama, tapi berbakat juga jadi detektif lho. Subhanallah!!!
Al Baihaqi meriwayatkan dari Al Muzani yang mengisahkan, suatu ketika ia duduk di masjid Jami’ bersama Imam Syafi’i. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang berjalan mengitari orang-orang yang sedang tidur di sana. Imam Syafi’i berkata kepada Rabi’, “Berdirilah dan beritahu kepada orang itu, bahwa budak hitamnya yang salah satu matanya terluka telah hilang.”
Rabi’ lalu bangkit dan menghampiri orang itu. “Budak hitammu yang salah satu matanya terluka hilang?” Tanya Rabi’.
“Benar,” jawab orang itu.
“Kemarilah,” ajak Rabi’.
Lelaki itu diajak Rabi’ untuk menemui Imam Syafi’i yang sedang berada di salah satu bagian masjid.
“Di manakah budakku?” Tanya orang itu kepada Imam Syafi’i.
“Pergilah, ia berada di penjara,” jawab Imam Syafi’i.
Orang itu kemudian pergi ke penjara dan mendapati budaknya memang ada di sana.
Al-Muzani merasa heran. Murid Imam Syafi’i itu lalu bertanya kepada gurunya. “Beritahu kami. Engkau telah membuat kami bingung.”
Imam Syafi’i menjawab. “Baik. Aku melihat seorang lelaki masuk dari pintu masjid dan berjalan mengitari orang-orang yang sedang tidur. Aku katakan dalam hati, dia pasti sedang mencari seseorang yang kabur darinya. Kemudian aku melihat ia mendekati orang-orang berkulit hitam, bukan orang berkulit putih. Aku katakan dalam hati, ia kehilangan budak hitam. Lalu aku melihat ia mendekati orang dari arah mata sebelah kiri, aku katakan salah satu mata budaknya itu terluka.”
Murid-murid Imam Syafi’i bertanya, “Lalu apa yang membuat engkau tahu bahwa budaknya ada di penjara?”
Imam Syafi’i menjawab. “Yang biasa dilakukan seorang budak adalah, bila lapar mereka mencuri, dan bila kenyang, mereka berzina. Karena itu aku memprediksi ia telah melakukan salah satunya. Dan ternyata memang benar.” (al-Mubarakfuri, Tuhfah al-Ahwadzi, jilid 8, hlm. 556-557, dalam Prof. Ibrahim al-Quraibi, Tarikh Khulafa, hlm. 365-366).
Nah, mantap kan ulama kaum muslim. Sherlock Holmes nggak ada apa-apanya. Semoga Allah selalu memberikan kita kekuatan untuk bisa meneladani para ulama. Amin… (follow @sayfmuhammadisa)