Pernah ada sebuah judul film yang panjang seperti judul artikel ini, dan saya mengadaptasi judul artikel ini dari judul film tadi, The Assassination of Jesse James By The Coward Robert Ford. Sebuah film yang mengisahkan pembunuhan perampok ulung, Jesse James, oleh teman kepercayaannya sendiri, si pengecut Robert Ford.
Pembunuhan Khalifah Umar bin Khaththab oleh si pengecut Abu Lu’lu’ah al Fairuz adalah sebuah fitnah dan musibah yang sangat besar bagi umat Islam dan bagi Khilafah Islamiyah yang sedang tumbuh. Sosok dan kepemimpinan Khalifah Umar amatlah disegani baik oleh kawan maupun lawan. Dia telah melanjutkan kebaikan yang telah diukirkan oleh Rasulullah Muhammad saw., yang kemudian dilanjutkan oleh Abu Bakar Shiddiq ra. Berbagai kemenangan Islam berhasil diraih umat Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Umar, salah satunya yang terbesar adalah ditaklukkannya Jerusalem oleh pasukan kaum Muslim pada tahun 637 M. Saat itu Uskup Agung Sofronius menyerahkan sendiri kunci kota itu kepada Khalifah Umar (yang menunggang seekor keledai dan bajunya bertambal). Bahkan Sofronius sendiri tidak menyangka bahwa lelaki berpakaian amat sederhana ini adalah seorang pemimpin besar yang angkatan perangnya meruntuhkan kekuasaan Byzantium di kawasan Levant (Syam) dan Kekaisaran Sassan Persia.
Khalifah Umar adalah seorang pemimpin besar yang amat tawadhu. Dia telah menjadikan nikmat dunia tidak ada harganya, padahal harta dan kekuasaan dua kekaisaran besar (Romawi dan Persia) berkumpul di dalam genggaman tangannya. Imam Ibnu Katsir mengutip dari ath-Thobaqot karya Ibnu Sa’d, Khalifah Umar pernah berkata, “Tidak halal bagiku dari harta yang diberikan Allah kecuali dua pakaian. Satu untuk dikenakan di musim dingin, dan satu lagi digunakan untuk musim panas. Adapun makanan untuk keluargaku sama saja dengan makanan orang-orang Quraisy pada umumnya, bukan standar yang paling kaya diantara mereka. Aku sendiri hanyalah salah seorang dari kaum Muslimin.” Sikap tawadhu ini ditularkannya kepada para pejabat pemerintahannya. Seperti yang dikisahkan Imam Ibnu Katsir dalam Bidayah wan Nihayah, “Jika dia hendak mengangkat gubernur, Umar akan menulis perjanjian yang disaksikan oleh sejumlah orang dari kaum Muhajirin. Umar mensyaratkan kepada mereka agar tidak menaiki kereta kuda, tidak memakan makanan yang enak-enak, tidak berpakaian halus, dan tidak menutup pintu rumahnya kepada rakyat yang membutuhkan bantuan. Jika mereka melanggar pesan ini, maka akan mendapatkan hukuman.” Sangat jauh sekali bedanya dengan para pejabat kita sekarang.
Pernah ada seseorang –mungkin orangnya ceplas-ceplos- berkata begini kepada Khalifah Umar, “Alangkah baiknya jika engkau memakan makanan yang bergizi, tentu akan membantu dirimu supaya lebih kuat membela kebenaran.” Sang Khalifah menjawab, “Sesungguhnya aku telah meninggalkan kedua sahabatku (yakni Rasulullah dan Abu Bakar Shiddiq) dalam keadaan tegar. Maka jika aku tidak mengikuti ketegaran mereka, aku takut tidak akan dapat mengejar kedudukan mereka.” Luar biasa banget kan!?”
Continue reading The Assassination of Caliph Umar By The Coward Al-Fairuz