Asal Njeplak!


https://sites.google.com/site/literatedigital/_/rsrc/1430248706757/home/tech-advances-circuit-140704.jpgManusia yang hidup di zaman modern ini dimanjakan dengan adanya internet dan media sosial. Orang-orang zaman dulu tidak pernah merasakan, dan bahkan mungkin terpikirkan pun tidak, bagaimana asyiknya berselancar di jagat maya dan saling menyapa di media sosial. Lihat saja, seakan-akan seluruh dunia sudah ada dalam genggaman tangan. Tinggal nyalakan smartphone, berbagai informasi terhampar di depan mata. Kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang tinggal di tempat-tempat yang jauh, berkirim suara, foto, video, dan apapun. Banyak berita dan kabar bisa kita dapatkan, baik yang akurat maupun hoax. Hanya bermodalkan sebuah akun, semua orang bisa mempublikasikan apapun, dari yang penting sampai yang remeh-temeh.

Semua kemudahan dan kenyamanan ini melancarkan aktifitas manusia. Tetapi, bersama dengan kemudahan dan kenyamanan itu, ada pula sisi buruk yang mengiringinya. Media sosial memudahkan orang untuk berkata-kata, sayangnya, dengan kemudahan itu, orang jadi bicara asal njeplak. Banyak yang melontarkan kata-kata tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu, tidak peduli apa dampak dan akibatnya bagi diri sendiri maupun orang lain. Lebih dari itu, banyak orang yang melontarkan kata-kata caci-maki dan kebohongan, dan lebih parah lagi, kata-kata itu bisa menggelincirkan pada kemaksiatan dan lunturnya keimanan. Apa yang dahulu kala pernah diperingatkan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam, bahwa akan ada orang-orang di akhir zaman yang pagi masih beriman dan sorenya sudah kafir, bisa kita lihat pada zaman sekarang ini. Banyak orang dengan entengnya melontarkan kata-kata, padahal tanpa sadar kata-kata itu bisa menggelincirkannya dari keimanan.

https://obs.line-scdn.net/0hnHjOHPyyMWdXNhw5m3VOMG1gMghkWiJkMwBgeQdYb1MpBH5ja1B7CXRja199VHY5OVh5Bno0KlZzAHJlYlF7/w644
Parah banget kan ini!

Baru-baru ini, dunia media sosial dihebohkan dengan munculnya artis tiktok bernama Bowo Alpenliebe yang gantengnya di luar kebiasaan. Dia punya banyak fans gadis-gadis labil, dan kalau mau berfoto dengan dia harus bayar. Ketika kita melihat apa yang dikatakan oleh gadis-gadis labil itu di media sosial, kita cuma bisa geleng-geleng kepala. Saking cintanya kepada Bowo, ada yang rela jual ginjal hanya demi Bowo, ada juga yang rela Bowo memecah keperawanannya, dan lebih gila lagi, ada yang rela menuhankan Bowo. Kita tidak tahu apa yang ada di dalam benak gadis-gadis itu ketika bicara demikian. Bisa saja semua kata itu menggelincirkan mereka pada kekufuran, dan parahnya, hal itu terjadi tanpa mereka sadari.

Ada juga menteri negara sekaligus pembesar partai politik yang merekomendasikan kepada kadernya agar meneladani setan. Dia bilang bahwa setan itu tidak pernah menyerah, sangat gigih untuk menyesatkan manusia. Lebih dari itu, dia bilang, setan itu tidak pernah saling menjatuhkan sesamanya. “Tidak pernah ada kuntilanak mengganggu tuyul, masing-masing menghormati profesinya,” kata dia. Lebih lanjut dia ingin menekankan, bahwa yang harus diteladani dari setan itu bukan kecenderungannya kepada keburukan, tetapi sikap pantang menyerah dan gigihnya itu yang harus diteladani.

Terlepas dari apapun penjelasan Pak Menteri ini, nasihat dia kepada para kadernya untuk meneladani sikap setan, jelas saja sebuah kekeliruan besar. Setan memang gigih dan pantang menyerah, bahkan Iblis, moyang para setan, sudah berjanji untuk mendatangi anak Adam dari depan, belakang, atas, bawah, kanan, dan kiri, dan akan mengerahkan segala daya-upaya untuk menyesatkan manusia. Lantas apakah semua tindakan setan yang gigih dan pantang menyerah itu adalah kebaikan yang harus kita teladani? Tentu saja tidak!!! Tidak ada sisi baik dalam diri setan, Allah ta’ala sendiri yang telah melaknat mereka, dan keburukan itu akan tetap melekat pada diri mereka sampai hari kiamat. Meneladani setan adalah sebuah kesalahan fatal.

Kalau kita hendak mencari contoh kegigihan dan sikap pantang menyerah, mengapa kita tidak melihat sosok Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam? Beliau adalah penghulu dari segala kebaikan, dan beliau pulalah sosok yang paling gigih dan paling pantang menyerah. Lebih dari itu, Allah ta’ala sendiri telah berfirman, bahwa Dia memang telah menyiapkan sosok Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam sebagai suriteladan bagi umat manusia. Rasulullah-lah yang mesti diteladani tentang kegigihan dan pantang menyerah, bukannya setan!!!

Ini adalah zaman dimana kata-kata bisa menggelincirkan seseorang kepada kekufuran tanpa dia sadari. Sudah sepantasnya kita benar-benar mempertimbangkan kata-kata itu sebelum mengucapkan dan mempublikasikannya.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.