Provokasi Perang Badar


https://ceritajeddah.files.wordpress.com/2011/09/img_0414.jpg
Situs Perang Badar. Taken from ceritajeddah.files.wordpress.com

Perang Badar adalah perang besar pertama yang pecah antara kubu Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam berserta kaum Muslimin, dengan kubu musyrik Quraisy. Perang Badar terjadi pada tahun 2 Hijriyah di bulan Ramadhan, dan perang ini menjadi kemenangan besar pertama Rasulullah dan kaum Muslimin.

Perang Badar ini banyak banget lho keutamaannya. Pada perang ini, Allah Subhanahu wata’ala mengutus pasukan malaikat yang dipimpin oleh Jibril ‘alaihissalam, dan beberapa riwayat menyebutkan kesaksian kaum musyrik yang menyatakan bukti keberadaan pasukan malaikat tadi. Para Mujahid Perang Badar yang syahid di jalan Allah pun mendapatkan tempat yang mulia, dan dimasukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Perang Badar emang mulia banget.

Tapi di tengah-tengah kemuliaan itu, masih ada aja orang yang nyinyir terhadap Perang Badar. Katanya Perang Badar itu wujud barbarisme umat Islam, dan wujud bahwa Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam itu maruk harta. Na’uzhubillahi mindzalik. Kata mereka, Perang Badar itu adalah perang untuk menyergap kafilah dagang kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Kafilah dagang ini sangat besar, dikawal oleh 50 prajurit, dan membawa komoditas serta uang senilai 50.000 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas, kira-kira senilai 25 milyar). Nabi Muhammad memerintahkan agar pasukan Perang Badar ini menyergap kafilah Quraisy yang berangkat dari Syam menuju Makkah ini.

Pandangan kayak gini jelas mengada-ada, dan bertujuan buat menistakan Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam yang mulia. Nggak mungkin beliau seenak-enaknya menyergap harta dan kafilah dagang kaum Quraisy kalau nggak ada sebab-sebab yang penting dan kalau nggak ada wahyu dari Allah. Yuk simak kisahnya.

Rasulullah dan para Sahabat hijrah dari Makkah ke Madinah, setelah bani Aus dan Khazraj yang berasal dari Madinah menyerahkan kekuasaan mereka kepada Rasulullah. Melalui momen Bai’at Aqabah I dan II, secara simbolis, bani Aus dan Khazraj yang ketika itu berkuasa di Madinah, menyerahkan kekuasaan mereka kepada Rasulullah. Dengan kekuasaan dan perlindungan dari Bani Aus dan Khazraj itulah, Rasulullah kemudian menegakkan pilar-pilar Daulah Islam (Negara Islam) yang berasaskan Quran dan Sunnah. Beberapa saat kemudian, setelah peristiwa penting itu, para Sahabat secara bergelombang berhijrah ke Madinah. Rasulullah sendiri dan Abu Bakar menjadi yang paling akhir berhijrah.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/8d/Balami_-_Tarikhnama_-_The_Battle_of_Badr_-_The_death_of_Abu_Jahl%2C_and_the_casting_of_the_Meccan_dead_into_dry_wells_%28cropped%29.jpg
Sebuah ilustrasi kuno yang menggambarkan tewasnya Abu Jahal pada Perang Badar. Taken from wikipedia.

Kaum Quraisy mati-matian menghalangi kaum Muslimin dan Rasulullah untuk berhijrah. Mereka sadar betul kalo misalnya umat Islam berhasil menguatkan posisi mereka di Madinah, artinya itu menjadi ancaman buat kepentingan politik dan ekonomi orang Quraisy. Jalur perdagangan dari Makkah ke Syam itu pasti melewati Madinah. Dan Madinah menjadi kota persinggahan penting bagi kafilah dagang dari Makkah menuju Syam.

Tapi seperti disambar petir, sekonyong-konyong orang Quraisy mendengar bahwa Rasulullah dan para Sahabat telah tiba di Madinah. Mereka makin ketar-ketir bahwa jalur perdagangan mereka akan terancam. Tapi pada kenyataannya, dengan berkuasanya Rasulullah di Madinah, nggak serta-merta menjadi penghalang bagi jalur perdagangan kaum Quraisy. Selama beberapa waktu, jalur perdagangan yang penting itu nggak pernah diganggu, kafilah dagang Quraisy tetap bisa melintas jalur itu dengan aman dan selamat, walaupun Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam telah berkuasa di sana. Tetapi sikap Rasulullah kemudian berubah dengan provokasi yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy. Itulah yang dituturkan dalam riwayat sahih yang disampaikan oleh Imam Bukhari.

Dituturkan oleh Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu, bahwasannya beliau berkisah tentang Sa’ad bin Mu’adz, seorang pemuka kaum Anshar: “Ia (Sa’ad bin Mu’adzh) adalah sahabat dekat Umayyah bin Khalaf (seorang pemuka kaum Quraisy). Apabila Umayyah melewati Madinah, pasti dia menyempatkan diri singgah di rumah Sa’ad. Begitu pula jika Sa’ad pergi ke Makkah, pasti singgah di rumah Umayyah. Ketika Rasulullah sudah tiba di Madinah, maka Sa’ad pergi menunaikan ibadah umarh dan singgah di kediaman Umayyah di Makkah. Sa’ad pun berkata kepada Umayyah, ‘Temanilah aku sebentar mengelilingi rumah ini (Ka’bah)’. Lalu ia keluar dengannya kurang lebih setengah hari. Lalu keduanya bertemu dengan Abu Jahal. Abu Jahal bertanya: ‘Wahai Abu Shafwan (Umayyah), siapa orang yang bersamamu ini?’ Umayyah berkata: ‘Ini adalah Sa’ad’. Abu Jahal berkata lagi: ‘Tidakkah aku melihatmu mengelilingi Ka’bah dengan aman, sedangkan kalian memberikan tempat perlindungan bagi Ash-Shubah (orang Quraisy menyebut umat Islam dengan menyebut Shubah, artinya orang yang keluar dari agama nenek moyang). Dan kalian mengira telah menolong dan membantu mereka. Demi Allah, apabila kau tidak sedang bersama Abu Shafwan, maka kau tidak akan kembali kepada keluargamu dengan selamat,’” Mendengar peringatan Abu Jahal ini, maka Sa’ad berkata dengan lantang: ‘Demi Allah, kalaulah kau menghalangi aku melakukan thawaf ini, maka aku akan menghadangmu dengan lebih keras darinya, menghadang perjalananmu ke Madinah,’” (HR. Bukhari nomor 3950).

Peristiwa yang dituturkan di dalam hadis di atas terjadi setelah Rasulullah hijrah dan sebelum pecahnya Perang Badar. Seorang sahabat Rasul, Sa’ad bin Mu’adz, berteman akrab dengan seorang gembong musyrik Quraisy, Umayyah bin Khalaf. Mereka suka saling berkunjung. Tapi ternyata, dalam sebuah kunjungannya, Sa’ad bin Mu’adz menerima ancaman kekerasan dari Abu Jahal. Bahkan dia menyatakan, kalo nggak ada perlindungan dari Umayyah, pasti dia sudah membunuh Sa’ad bin Mu’adz. Nah, ini jelas-jelas sebuah provokasi dan ancaman perang. Tindakan Abu Jahal ini, yang tadinya hubungan Makkah dan Madinah normal-normal saja, menjadi penuh dengan ketegangan dan ancaman. Selain ini, masih ada lagi provokasi lainnya.

Diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, sebuah kisah dari seorang sahabat Rasulullah, Abdurrahman bin Ka’ab. Sebelum pecahnya Perang Badar, para pemuka kafir Quraisy mengirim sepucuk surat kepada Abdullah bin Ubay bin Salul (gembong munafik Madinah). Surat itu berisi provokasi, begini bunyinya: “Sesungguhnya kalian memberi perlindungan kepada sahabat kami (maksudnya Rasulullah), dan kami bersumpah demi Allah, hendaklah kalian memeranginya dan mengusirnya atau kami harus menyerang kalian dengan segenap kemampuan kami hingga kami dapat membunuh kalian dan menghalalkan istri-istri kalian.”

Surat provokasi ini berhasil membuat gejolak di tengah-tengah kota Madinah. Seorang musyrik bernama Abdullah bin Ubaid dan sekelompok penyembah berhala lainnya kemudian mengambil senjata untuk memerangi Rasulullah dan para sahabat. Tapi kemudian beliau mengetahui keberadaan surat provokasi itu dan segera menenangkan massa dengan kemampuan retorika beliau yang brilian. Abdullah bin Ubaid pun sadar bahwa nggak ada gunanya memerangi Rasulullah dan para Sahabat. Mereka pun membubarkan diri.

Provokasi-provokasi yang dilancarkan oleh kafir Quraisy inilah yang membuat hubungan antara Madinah dan Makkah menjadi tegang, dan tentu saja statusnya menjadi status perang. Karena itulah kemudian Rasulullah memerintahkan pasukan Islam untuk menyergap kafilah dagang Abu Sufyan, sebab dalam perang, segala hal yang bisa menguatkan musuh boleh direbut oleh kaum Muslimin. So, kalau ada yang suka menyebut Rasulullah itu barbar dan suka membegal berarti dia nggak ngerti sejarah, atau dia punya kebencian mendalam terhadap Islam.[sayf]

 

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.