Sebenernya ini cerita lama. Dimulai pada akhir abad 20, dan masih terjadi beberapa lama setelah dimulainya abad 21. Saya dapet inspirasi untuk menelusuri cerita ini setelah saya nonton film yang bagus banget judulnya Blood Diamond. Film ini dibintangi oleh Leonardo DiCaprio yang berperan sebagai Danny Archer, seorang smuggler (penyelundup) berlian di Afrika, yang jadi penyalur berlian buat sebuah perusahaan berlian di Inggris, yang namanya Van de Kaap Diamonds. Film yang disutradarai Edward Zwick ini pernah masuk nominasi Academy Award lho. Setting ceritanya bertempat di Sierra Leone, sebuah negeri miskin di wilayah Afrika barat yang pada dekade 90-an berdarah-darah akibat perang sipil (civil war). Dengan nonton film ini saya bener-bener ngeliat betapa rakus dan serakahnya (udahlah rakus serakah pula) para kapitalis terhadap harta, terutama berlian. Bahwa ternyata pernah terjadi dalam sejarah umat manusia, harga sebutir berlian setara dengan darah dan nyawa ribuan orang yang tidak bersalah. Mungkinkah termasuk berlian yang sedang kawan2 pakai (kawan2 pake berlian nggak?)? Siapa tahu.
Sierra Leone, adalah sebuah negeri yang sangat kaya akan barang tambang. Tetapi, “We have diamonds, We also have gold, bauxite, iron, copper and many other materials. The people should not suffer like this.”, kata Shahab Sinnah. Dia cuma seorang lelaki biasa dari Sierra Leone yang menyadari bahwa sebenernya nggak pantas orang2 Sierra Leone menderita seperti itu sebab tanahnya kaya. Namun itulah yang terjadi, di tengah2 tanah yang kaya itu rakyat Sierra Leone malah menderita. Sierra Leone termasuk ke dalam salah satu negara yang paling miskin di atas permukaan bumi ini. Saya ngerasa nasib orang Sierra Leone mirip banget sama nasib saya yang orang Indonesia ini. Indonesia juga tanahnya kaya, tapi rakyatnya pada kere dan busung lapar. Semuanya terjadi gara2 kerakusan para kapitalis dan pengkhianatan penguasa2nya yang menghamba kepada para kapitalis itu.
Barang tambang yang paling utama yang dihasilkan tanah Sierra Leone adalah berlian. Nah dari sinilah akan saya mulai cerita soal judul film Blood Diamond yang saya tonton tadi. Karena tuh judul film emang nggak maen2. Blood Diamond (berlian berdarah) itulah yang sebutirnya seharga dengan nyawa dan darah ribuan orang tak bersalah.
“Diamond” (dalam bahasa Indonesia artinya “berlian” atau “permata”), berasal dari sebuah kata bahasa Yunani yaitu “adamas”, yang artinya “tidak tertaklukkan”. Berlian tersusun dari karbon murni dalam bentuknya yang transparan pada 150 km di bawah permukaan bumi. Berlian kemudian bisa ditemukan di permukaan bumi karena terbawa oleh batuan cair panas atau magma. Saat berlian mencapai permukaan, maka ia bisa ditemukan di pipa vulkanik yang disebut pipa kimberlit, atau di deposit mineral yang hanyut yang biasa disebut aluvial deposit. Biasanya berlian ditemukan sepanjang aliran sungai, muara, dan pantai. Realitas berlian yang seperti ini kemudian membuat berlian sangat mudah untuk ditambang. Nggak perlu pake modal gede, cukup sedia sekop sama saringan doang, trus rela berlumpur nyedokin pasir dan tanah di sepanjang sungai ntar lama2 kita nemu berlian.
Sierra Leone adalah sebuah negeri di benua Afrika sebelah barat. Wilayahnya berbatasan dengan Guinea dan Liberia di sebelah utara, timur dan selatan. Serta langsung berbatasan dengan lautan Atlantik di barat (saya juga sebenernya jeblok di Geografi jadi jelasnya liat atlas ajah). Awalnya berlian banyak ditemukan di India dan kalimantan. Kamudian ditemukan juga di Brazil. Pada abad 19, seorang anak menemukan berlian di sisi sungai Orange di Afrika, dan 15 tahun kemudian, produksi berlian Afrika mengalahkan India, setelah India menjadi produsen berlian selama 200 tahun. Sierra Leone sangat terkenal dengan berliannya. Salah satu berlian terbesar yang pernah ditemukan manusia ditemukan di negara ini. Berlian terbesar yang kemudian dinamai “Bintang Sierra Leone” itu ditemukan pada tahun 1972 dengan kadar 969,8 karat. Kalo saya punya berlian segede gitu saya sumbangin buat D’RISE, biar D’RISE bisa ngegaji saya (si saya buka rahasia). Sejarah berlian di Sierra Leone dimulai pada tahun 1935, saat De Beers, sebuah perusahaan berlian yang bermarkas di London menguasai ladang2 berlian untuk masa 99 tahun ke depan. Selain di Sierra Leone, perusahaan ini juga memonopoli pasar berlian di banyak negara, bahkan sampe mengendalikan harganya (dengan mengutak-atik supply dan demand-nya). Cecil Rhodes, CEO De Beers, telah mewujudkan visinya untuk mengendalikan pasar berlian di dunia. Dasar kapitalis.!!
Karena Sierra Leone adalah sebuah koloni jajahan Inggris, makanya perusahaan asal Inggris ini gampang banget dapet konsesi buat mengeksplorasi tambang berlian di Sierra Leone sampe 99 tahun lamanya secara legal. Selain De Beers, para pedagang asal Lebanon pun turut bermain dalam bisnis gelap penyelundupan berlian Sierra Leone ke luar negeri. Akibatnya penambangan dan perdagangan gelap berlian meningkat di Sierra Leone. Jumlah penambang gelap saat itu meningkat mencapai angka 75 ribu orang. Pada tanggal 27 April 1961, Sierra Leone dimerdekakan Inggris dan masalah ekonomi serta masalah penyelundupan berlian menjadi problem utama pemerintahan baru Sierra Leone. Pada tahun 1968, seorang populis bernama Siaka Stevens naik menjadi perdana menteri, dan menjadikan Sierra Leone sebagai negeri yang hanya memiliki satu partai politik. Stevens adalah orang pertama yang menghubungkan berlian dengan kekuatan politik, dan dia mengorganisir penambangan gelap untuk kekuatan politik dan kantong pribadinya. Dia menasionalisasi pertambangan berlian yang dikelola De Beers dengan mendirikan National Diamonds Mining Co. (NDMC). Melalui NDMC, Stevens dan seorang bisnismen asal Lebanon yang menjadi penasehat utamanya yang bernama Jamil Mohammed mengontrol total penambangan berlian di Sierra Leone. Di akhir 17 tahun pemerintahan Stevens, De Beers keluar dari Sierra Leone. Tahun 1984, De Beers menjual sisa sahamnya kepada Precious Metal Mining Co., sebuah perusahaan pertambangan berlian milik si Jamil Mohammed. Nah liat tuh para kapitalis!! Rakyat dapet apa?? Jangan tanyakan pada burung yang berkicau, ntar disangka orang gila. Tanyakan ajah sama rumput yang bergoyang (sama ajah).
Pengganti Siaka Stevens, Joseph Momoh, kemudian naik berkuasa. Karena kemampuan memimpinnya yang jelek, maka banyak urusan dan tanggung jawab yang dia percayakan kepada si Jamil Mohammed. Si Jamil Mohammed makin demen berbuat seenaknya. Akibatnya bisnis berlian haram makin marak. Pada sekitar tahun 1991, Sierra Leone memiliki pemerintahan korup yang berbisnis berlian haram. Kacau!! Liat juga tuh pemimpin2 Indonesia. Menyerahkan Blok Cepu, gunung emas di Papua, dan segala macam sumber daya alam Indonesia kepada perusahaan asing. Sehingga yang sejahtera malah Newmont-lah, Exxon-lah, Freeport-lah. Sementara mereka enak2an dengan jabatannya, rakyat malah sengsara.! Saya sebel banget liat iklan2 parpol di tipi. Kaya’ pengen saya pecahin tu tipi (backsound: daripada dipecahin mending buat gue).
Di akhir2 abad ke 20 itulah terjadi sebuah tragedi kemanusiaan di Sierra Leone. Darah tertumpah melumuri kilau sebutir berlian kecil, menjadikannya ‘berlian berdarah’ (blood diamond). Nyawa manusia terbuang sia2 di tambang2 berlian. Saya sampe melotot waktu nonton film Blood Diamond itu. Bener2 ngeri.!! Pokoknya setelah nonton film itu kita bakal makin benci sama ideologi kapitalisme yang lagi kita terapkan sekarang.
Pada tahun itu juga, tanggal 23 Maret, Foday Sankoh, seorang mantan sersan, mantan fotografer perkawinan, mantan aktivis, dan mantan kameramen, mendeklarasikan berdirinya Revolutionary United Front (RUF), yang akan mengangkat senjata melawan pemerintah Sierra Leone yang sah. Sankoh mengatakan bahwa perjuangannya mewakili nasib rakyat jelata yang dimiskinkan oleh rezim yang korup dan berpihak kepada Barat serta kepentingan pribadi dalam pengelolaan tambang berlian, dan dia menjanjikan sebuah bagian yang lebih baik kepada para petani. Perang dimulai saat RUF menyerang desa2 kaya berlian di distrik Kailahun di wilayah timur Sierra Leone dekat perbatasan dengan Liberia.
Foday Sankoh ternyata berdusta. Ternyata dia sama brengseknya dengan pemerintah Sierra Leone. Pemberontakan yang katanya untuk memerangi korupsi dan kemiskinan ternyata bohong belaka. Pada kenyataannya RUF membunuhi rakyat sipil sebagai taktik untuk menunjukkan bahwa pemerintah Sierra Leone mandul dalam melindungi rakyatnya. RUF menyadari siapa yang menguasai berlian, maka mereka pasti menguasai Sierra Leone. Karena itulah, kota2 utama yang direbut RUF adalah kota2 yang memiliki tambang berlian, dan mereka menjadikan rakyat sebagai budak2 di tambang2 berlian itu. Dengan menyelundupkan berlian itulah mereka membiayai pemberontakan mereka dan membeli senjata dari luar negeri. Karena perang sipil berlian ini, sekitar 3,7 juta jiwa telah terbunuh di Sierra Leone, Angola, dan Rep. Dem. Kongo. Antara tahun 1991 sampai tahun 2002 sekitar 50 ribu jiwa telah terbunuh di Sierra Leone saja. Lebih dari 2 juta jiwa tak punya rumah atau menjadi pengungsi. Ribuan lainnya dimutilasi, diperkosa, dan disiksa. Orang2 yang dicurigai akan melawan RUF langsung dibunuh atau dipotong tangannya. RUF bahkan memotong tangan banyak orang satu persatu seperti mengantri sembako saat pemilu di Sierra Leone akan diselenggarakan, biar rakyat pada nggak bisa nyoblos, dan biar pemilunya gagal. Kurang ajar!! Tangan siapapun mereka potong, nggak peduli anak2, dan orang tua. Makanya kalo sekarang kawan2 maen2 ke Sierra Leone pasti bakal banyak kawan2 temukan orang yang tangannya buntung.
Sabindi, chairman dari Amputees and War Wounded Association, menceritakan, “sepuluh orang dari kami sedang berjalan mencari tempat yang aman dari Kono. Para pemberontak menemukan kami dan berteriak ‘jangan bergerak, kami akan melempar sebongkah batu, siapapun yang dikenainya tangannya akan dipotong dan sisanya akan dibunuh. Batu itu mengenaiku, dan yang lain langsung ditembak. Tanganku ditaruh di atas sebuah tunggul, dan mereka langsung membacoki tanganku dengan kapak, namun sayang kapaknya tumpul. Dia minta yang lain. Setelah itu aku pingsan karena pendarahan.”. Tamba Labie, seorang penambang dari Kono pun telah kehilangan seluruh keluarganya karena dibunuh RUF. Gila bener!! Saya ajah pas nonton filmnya merinding. Nyawa manusia nggak ada harganya. Kaya’nya gampang amat peluru tertumpah dari moncong senjata, padahal itu semuanya kudu dibeli pake duit. Gara2 berlian, peluru dan senjata yang sebenernya mahal jadi gampang banget dibeli. Berlian membuat semuanya jadi murah termasuk nyawa manusia.
Di film itu kawan2 akan sering melihat anak2 kecil yang tubuh kecilnya ter-guncang2 saat menembaki orang dengan AK-47. Pasukan RUF emang banyak menculik anak2 saat penyerangan mereka ke desa2 dan kota2, dan menjadikan anak2 itu sebagai mesin2 pembunuh. RUF membunuh keluarga anak2 itu di hadapan mereka. Bahkan anak2 itu dipaksa untuk memperkosa ibunya sendiri atau saudara perempuan mereka. Semuanya itu agar mereka tidak punya tempat pulang dan tidak punya pilihan lain selain bergabung dengan RUF. Mereka dilatih membunuh, didoktrin ajaran2 Sankoh, dan dicekoki heroin serta ganja. Biadab.!! Ishmael Beah, seorang mantan tentara anak2 menulis kisahnya dalam bukunya yang berjudul Long Way Gone. Dia menceritakan bahwa tubuh tentara anak2 itu diukirkan dengan huruf “RUF” dengan silet dan bayonet.
Pada tahun 1994, RUF menguasai sebagian besar tambang2 berlian di Sierra Leone dan mengancam ibukotanya, Freetown (dinamai Freetown karena banyak budak Jamaika yang dibebaskan di sana). Perang sipil RUF itu dibiayai dengan menjual berlian kepada Liberia. RUF sendiri didukung oleh Presiden Liberia, Charles Taylor. Karena itulah RUF bisa mempertahankan perangnya selama kurang lebih 9 tahun. Di tahun 1995, RUF dipukul mundur dari Freetown oleh pasukan gabungan PBB, dan banyak ladang berlian dibebaskan. Sekitar tahun 1996, pemilu diselenggarakan di Sierra Leone di bawah gangguan RUF (yang memutilasi tangan2 penduduk). Ahmed Tejan Kabbah naik jadi Presiden dan mengikat gencatan senjata dengan RUF. Tahun 1997, Angkatan bersenjata Sierra Leone mengkudeta Ahmed Tejan Kabbah dan membentuk Armed Force Ruling Council (AFRC). Kabbah melarikan diri, Mayor Jhony Paul Koroma naik memimpin dan mengundang RUF untuk berbagi jabatan di pemerintahan. Tahun berikutnya ECOMOG (Economic Community Cease-Fire Monitoring Group) menyerang Freetown untuk mengusir AFRC dan RUF. Kabbah pulang ke Sierra Leone, dan angkatan bersenjata Sierra Leone dibubarkan. AFRC dan RUF melanjutkan pembantaian mereka terhadap rakyat di desa2 dan kota2. PBB mengirimkan pasukan penjaga perdamaian. Pada tahun 1999, AFRC dan RUF menyerang Freetown dan membunuh 6000 warga sipil sebelum ECOMOG dan pasukan Inggris memukul mundur mereka. Pada bulan Juli, Ahmed Tejan Kabbah dan Foday Sankoh menandatangani Lome Peace Accord di bawah tekanan PBB dan Amerika (ni pasti ada udang di balik batunya). RUF menyetujui untuk melucuti senjatanya, dan sebagai konsesi untuk RUF Sankoh dibebaskan dari hukuman mati atas kejahatan perang yang dia lakukan, dan malah mendapatkan jabatan sebagai Chairman of The Strategic Mineral Resources Commission, sebuah posisi yang mengontrol sebagian besar expor berlian di Sierra Leone.
Tapi nggak jelas Si Sankoh ni maunya apa, pada tanggal 6 Januari 2000 RUF menyerang Freetown dan pemerintah Sierra Leone. Walaupun mereka berjanji untuk melucuti senjatanya ternyata mereka nggak pernah melakukannya. Dan titik dari konflik itu tetaplah berada pada penguasaan terhadap ladang berlian. Puncaknya, seluruh peredaran berlian dari Sierra Leone dilarang PBB. Pada tahun itu juga Sankoh ditahan setelah prajuritnya menembaki pengunjuk rasa di dekat rumahnya di Freetown. Pasukan ECOMOG dan pasukan Inggris yang walaupun berjumlah sedikit namun terlatih mampu mengacak-acak pasukan RUF. Penangkapannya membawa euforia bagi Sierra Leone. Ni orang emang racun, dia nggak ada orang2 pada seneng! Sankoh ditangkap oleh tentara Inggris, dan dibawah yurisdiksi pengadilan PBB, Sankoh dituntut hukuman atas 17 kejahatan termasuk diantaranya kejahatan kemanusiaan, pemerkosaan, perbudakan seksual, dan genocide! Tapi nggak usah nunggu pengadilan dari manusia, malaikal maut langsung mengacak-acak nyawa Sankoh dengan komplikasi akibat stroke saat dia akan diajukan ke meja hijau. Sankoh langsung dijebloskan ke muka pengadilan Tuhan. Nyahok luh!!!!
PBB emang bertindak, dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian. Tapi ternyata di balik pasukan perdamaian PBB itu ada kepentingan negara2 kapitalis besar terhadap bisnis berlian. Sejak beberapa tahun yang lalu setelah perang sipil reda, operasi penambangan berlian yang ada adalah di pertambangan Magna Egoli yang terletak di sepanjang sungai Sewa di antara kota Bo dan Kenema. Pertambangan Magna Egoli itu dijalankan oleh Rex Mining of Antwrep sampai tahun 2002, kemudian dialihkan kepada…kepada siapa coba?? Dialihkan kepada Fauvilla Ltd. and Waldman Diamond Resources asal ISRAEL (nah loh!). Selain itu Stainmetz Diamond Group (perusahaan asal Swiss), dan River Diamonds (perusahaan asal Inggris) pun telah menginvestasikan milyaran Dolar untuk eksplorasi dan pembangunan beberapa tambang baru di Sierra Leone. Dan rakyat tetep ajah gigit jari, cuman dapet remeh temehnya doang. Kasihan banget!!
Saya baca sejarah Islam. Jaman dulu waktu Afrika di bawah kekuasaan Khilafah Islamiyah rakyatnya sejahtera tuh. Nggak kaya’ sekarang!! Nabi ngajarin bahwa barang tambang itu milik rakyat yang harus dikelola pemerintah dan hasilnya diserahkan sepenuhnya kepada rakyat. Kalo aturan itu dipake semuanya pasti sejahtera. Sayang aturan Islam sekarang nggak kita pake!! Sayang seribu kali sayang!!![]