Bakat Alam

raihanah
Adikku yang cantik

Saya takjub juga dengan karya-karya adik perempuan saya, padahal siapapun tidak pernah mengajarkannya menulis sedikit pun (maksud saya menulis di sini adalah menulis dalam menciptakan karya tulis. Kalau menulis biasa pasti dong dia diajarkan di sekolahnya, nenek bangkotan juga tau). Namanya Siti Zainab (namanya memang agak konvensional). Dia baru duduk di kelas satu SD. Suatu hari dia membuat dua buah puisi yang saat selesai dia menunjukkannya kepada saya. Kepada orang lain dia tidak mau memperlihatkannya, bahkan kepada ibunya sendiri pun tidak (ibunya adalah ibu saya, hehe). Saya berikan sanjung-puji kepadanya (dengan agak heboh), kemudian mendorongnya terus untuk menulis. Setelah menulis puisinya itu, dia menulis sebuah cersapen (cerita sangat pendek) yang sudah dia tempel di dinding kamarnya (atas suruhan saya). Saya banyak belajar bahwa kelemah-lembutan, kebaikan, dan sanjung-puji bagi anak-anak akan membuat mereka menjadi jauh lebih baik dan kreatif, daripada kalau mereka dimarahi atau dijelek-jelekkan. Bahkan kalaupun mereka berbuat salah, tidak pantas mereka dijelek-jelekkan. Melaikan dididik dan diberi pengertian sebaik mungkin, bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah, bahwa Allah membenci tindakan mereka itu, dan terus memberi teladan yang baik, kepada mereka. Saya banyak belajar bagaimana bergaul dengan anak-anak melalui adik-adik saya. Dengan begitu semoga saya lebih memiliki bekal saat saya memiliki anaki-anak saya sendiri sebentar lagi. Begitulah cara Islam mendidik dan memuliakan anak-anak.

Nah baru saja Siti meminta kertas lagi pada saya (dia sering sekali minta kertas. “Bang, minta kertas, Titi mau nulis,” begitu katanya). Ini dia karya-karyanya.

Matahari

Bangunlah matahariku

Bila kau tabangun semua akan terlelap

Jika kau bangun semua akan bersinar

Karena kau menerangi bumi.

Tanda Maaf

Aku sayang mamaku dan papaku

Aku juga sayang kakaku

Mama dan Papa terima kasih

Karena mama dan papa sudah merawatku sejak kecil

Dan memeliharaku sampai besar.

Perempuanku

mawar
Mawar Merahku

Apa yang ada di dalam benak ketika dia ditatap? Ada kedamaian yang nyaman. Dan angin membelai sayu sudut kerudung hitamnya saat dia tegak di bukit itu bersama-sama. Kalau dia tersenyum kebahagiaan dititipkan di sana. Tingkah lakunya menyejukkan, kalau dia bertutur azzam tertancap dalam. Berkali-kali dia jatuh, lalu tegak lagi dengan gagah. Penghinaan dan celaan telah menikam jiwanya, tapi dunia akan mendongak menatapnya. Air matanya telah tumpah, namun bukan tanda kelemahan, melainkan menyuburkan tekad yang tertanam. Dialah perempuanku, cuma dia perempuanku. Bunga yang mekar sendirian di tepi jurang, adalah bunga terindah. Perempuan yang mekar dalam kesulitan, adalah perempuan paling megah. Dan dia belum tentu ada di setiap zaman. Akulah lelaki yang mempersuntingnya.

Pimple Simple

jerawat
jerawat gawat darurat

Huwaaaaa….!!!!! Seorang gadis tiba-tiba menjerit saat dia berdiri di depan kaca menatap wajahnya. Kenapa dia menjerit? Seharusnya dia bangga sebab wajahnya cantik! Kulitnya putih, hidung mancung, mata indah, alis bak semut sedang demonstrasi, dan semua bentuk yang akan membuat para lelaki menolehkan wajahnya kala si gadis lewat di depan mereka ada di wajahnya. Jadi apa sebab si gadis menjerit? Usut punya usut ternyata ada sebutir jerawat merah yang matang di jidat si gadis. Kalau jerawat sudah muncul, alamat gawat darurat. Apalagi sebentar lagi si gadis akan berkencan dengan teman prianya, kehadiran si jerawat benar-benar tidak diharapkan.

Tapi jangan kuatir, ada sang penyelamat. Siapa dia? Sebuah produk krim kecantikan yang akan membuat wajah putih seketika (bahkan dalam 7 hari, sangat bombastis), membuatnya mulus, dan bebas jerawat. Dengan krim itu, penampilan akan memukau, derajat kepercayaan diri akan naik sampai seratus persen. Teman pria akan sangat dimanjakan (kebayang banget betapa murahannya si gadis).

Apa yang diuraikan di atas adalah gambaran sebuah iklan krim pemutih wajah yang kesohor sekali. Bukan cuma di Indonesia, ternyata di luar negeri sudah lebih dulu kesohornya. Tidak jauh berbeda dengan iklan-iklan produk kecantikan yang lain, iklan krim pemutih kulit yang ini sebenarnya sedang menanamkan sebuah pemikiran di dalam benak orang-orang yang menontonnya. Dengan kekuatan modal yang dimiliki korporasi kecantikan internasional itu, mereka terus menanamkan pemikiran mereka, tiap detik iklan krim pemutih itu muncul di depan mata, setiap itu pula mereka menanamkan pemikiran mereka di kepala para penontonnya.

Dari tadi disebut “menanamkan pemikiran”, serumit itukah iklan-iklan produk kecantikan di televisi? Bukankah adanya iklan-iklan itu sekedar iklan biasa, hanya sekedar menawarkan produk kecantikan? Sesederhana itukah? Hampir semua iklan produk kecantikan di TV berusaha menanamkan sebuah pemikiran di kepala kita, “makna kecantikan”. Cantik adalah kulit putih mulus, wajah licin tak ada jerawat, tidak berbulu (iklan produk penghilang bulu terbaru di tv sangat menggelikan, semboyannya itu lho, “cantik itu kulit mulus bebas bulu”, gubrax), perut langsing, rambut panjang mengembang, bibir merah, dan semua kriteria yang sifatnya fisikal. Setelah pemikiran model begitu merasuk ke dalam otak kita, yang terjadi kemudian adalah, betapa parno-nya kita ketika muncul sebutir jerawat di jidat kita. Persis seperti anak gadis di dalam iklan krim pemutih itu. Di luar sana yang terjadi ternyata lebih parah lagi. Paris Hilton mesti diet ketat untuk mempertahankan berat badannya, agar tetap langsing, kemudian bisa berbikini ria. Demi main film, Laudya Cintia Bella juga diet ketat (Okezone.com). menurut survey yang dilakukan oleh TRESemme di Inggris, perempuan menghabiskan banyak uang lebih dari yang mereka pikirkan hanya untuk mempercantik rambut mereka. Menurut penelitian ini rata-rata perempuan Inggris menghabiskan 27.722,52 Poundsterling (kalau dirupiahkan bisa ratusan juta) hanya untuk rambut dalam hidup mereka. Jumlah itu setara dengan jumlah uang untuk menyekolahkan seorang anak sampai perguruan tinggi. Artis-artis Korea lebih gila lagi dalam upaya mereka mempercantik diri, mereka melakukan operasi plastik. Kaum perempuan di muka bumi ini menjadi pihak terjajah. Mereka dijajah oleh pemikiran yang ditanamkan oleh para kapitalis tentang kecantikan, setelah itu mereka berbondong-bondong membeli produk kecantikan para kapitalis itu tanpa pikir panjang lagi tentang apa itu cantik. Kekuasaan uang dan pengaruh media bermain untuk memuluskan semua ini.

Islam menyatakan bahwa perempuan cantik adalah perempuan yang beriman, dan mempertahankan keimanannya mati-matian. Seperti yang disabdakan Rasulullah Muhammad sayyidul anbiya, bahwa budak perempuan yang muslim adalah lebih baik daripada perempuan kafir walaupun kecantikannya menarik hati. Bahwa dalam Islam kecantikan dilihat dari akhlak dan seberapa kuat seorang perempuan menggenggam agamanya, bukan dari seberapa putih wajahnya, atau seberapa mulus kulitnya, kakinya berbulu atau tidak, atau berapa ukuran bra-nya (^_^). Kalau cantik diukur dari hal-hal itu, kasihan sekali perempuan yang ditakdirkan lahir di Afrika, mereka akan jadi perempuan paling jelek sedunia. Kalau cantik dinilai hanya dari hal-hal itu kasihan sekali perempuan-perempuan yang terkategori kutilang darat (maksudnya cari aje sendiri ye).

Tapi jangan salah paham ya, tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk menyerukan agar perempuan muslim tidak mempedulikan kecantikannya. Mempercantik diri untuk orang-orang yang memang berhak sangat disunnahkan. Bukankah perempuan terbaik adalah perempuan yang enak dipandang ketika suaminya memandangnya? Mempercantik diri adalah juga salah satu wujud rasa syukur perempuan terhadap nikmat kecantikan yang telah dianugerahkan Allah, asalkan jangan diumbar di depan umum. Jadi tetaplah yang luar biasa itu hanya Islam. [sayf]

Nyawa Sebutir Berlian

Sebenernya ini cerita lama. Dimulai pada akhir abad 20, dan masih terjadi beberapa lama setelah dimulainya abad 21. Saya dapet inspirasi untuk menelusuri cerita ini setelah saya nonton film yang bagus banget judulnya Blood Diamond. Film ini dibintangi oleh Leonardo DiCaprio yang berperan sebagai Danny Archer, seorang smuggler (penyelundup) berlian di Afrika, yang jadi penyalur berlian buat sebuah perusahaan berlian di Inggris, yang namanya Van de Kaap Diamonds. Film yang disutradarai Edward Zwick ini pernah masuk nominasi Academy Award lho. Setting ceritanya bertempat di Sierra Leone, sebuah negeri miskin di wilayah Afrika barat yang pada dekade 90-an berdarah-darah akibat perang sipil (civil war). Dengan nonton film ini saya bener-bener ngeliat betapa rakus dan serakahnya (udahlah rakus serakah pula) para kapitalis terhadap harta, terutama berlian. Bahwa ternyata pernah terjadi dalam sejarah umat manusia, harga sebutir berlian setara dengan darah dan nyawa ribuan orang yang tidak bersalah. Mungkinkah termasuk berlian yang sedang kawan2 pakai (kawan2 pake berlian nggak?)? Siapa tahu.

Sierra Leone, adalah sebuah negeri yang sangat kaya akan barang tambang. Tetapi, “We have diamonds, We also have gold, bauxite, iron, copper and many other materials. The people should not suffer like this.”, kata Shahab Sinnah. Dia cuma seorang lelaki biasa dari Sierra Leone yang menyadari bahwa sebenernya nggak pantas orang2 Sierra Leone menderita seperti itu sebab tanahnya kaya. Namun itulah yang terjadi, di tengah2 tanah yang kaya itu rakyat Sierra Leone malah menderita. Sierra Leone termasuk ke dalam salah satu negara yang paling miskin di atas permukaan bumi ini. Saya ngerasa nasib orang Sierra Leone mirip banget sama nasib saya yang orang Indonesia ini. Indonesia juga tanahnya kaya, tapi rakyatnya pada kere dan busung lapar. Semuanya terjadi gara2 kerakusan para kapitalis dan pengkhianatan penguasa2nya yang menghamba kepada para kapitalis itu.

Barang tambang yang paling utama yang dihasilkan tanah Sierra Leone adalah berlian. Nah dari sinilah akan saya mulai cerita soal judul film Blood Diamond yang saya tonton tadi. Karena tuh judul film emang nggak maen2. Blood Diamond (berlian berdarah) itulah yang sebutirnya seharga dengan nyawa dan darah ribuan orang tak bersalah.

“Diamond” (dalam bahasa Indonesia artinya “berlian” atau “permata”), berasal dari sebuah kata bahasa Yunani yaitu “adamas”, yang artinya “tidak tertaklukkan”. Berlian tersusun dari karbon murni dalam bentuknya yang transparan pada 150 km di bawah permukaan bumi. Berlian kemudian bisa ditemukan di permukaan bumi karena terbawa oleh batuan cair panas atau magma. Saat berlian mencapai permukaan, maka ia bisa ditemukan di pipa vulkanik yang disebut pipa kimberlit, atau di deposit mineral yang hanyut yang biasa disebut aluvial deposit. Biasanya berlian ditemukan sepanjang aliran sungai, muara, dan pantai. Realitas berlian yang seperti ini kemudian membuat berlian sangat mudah untuk ditambang. Nggak perlu pake modal gede, cukup sedia sekop sama saringan doang, trus rela berlumpur nyedokin pasir dan tanah di sepanjang sungai ntar lama2 kita nemu berlian.

Sierra Leone adalah sebuah negeri di benua Afrika sebelah barat. Wilayahnya berbatasan dengan Guinea dan Liberia di sebelah utara, timur dan selatan. Serta langsung berbatasan dengan lautan Atlantik di barat (saya juga sebenernya jeblok di Geografi jadi jelasnya liat atlas ajah). Awalnya berlian banyak ditemukan di India dan kalimantan. Kamudian ditemukan juga di Brazil. Pada abad 19, seorang anak menemukan berlian di sisi sungai Orange di Afrika, dan 15 tahun kemudian, produksi berlian Afrika mengalahkan India, setelah India menjadi produsen berlian selama 200 tahun. Sierra Leone sangat terkenal dengan berliannya. Salah satu berlian terbesar yang pernah ditemukan manusia ditemukan di negara ini. Berlian terbesar yang kemudian dinamai “Bintang Sierra Leone” itu ditemukan pada tahun 1972 dengan kadar 969,8 karat. Kalo saya punya berlian segede gitu saya sumbangin buat D’RISE, biar D’RISE bisa ngegaji saya (si saya buka rahasia). Sejarah berlian di Sierra Leone dimulai pada tahun 1935, saat De Beers, sebuah perusahaan berlian yang bermarkas di London menguasai ladang2 berlian untuk masa 99 tahun ke depan. Selain di Sierra Leone, perusahaan ini juga memonopoli pasar berlian di banyak negara, bahkan sampe mengendalikan harganya (dengan mengutak-atik supply dan demand-nya). Cecil Rhodes, CEO De Beers, telah mewujudkan visinya untuk mengendalikan pasar berlian di dunia. Dasar kapitalis.!!

Karena Sierra Leone adalah sebuah koloni jajahan Inggris, makanya perusahaan asal Inggris ini gampang banget dapet konsesi buat mengeksplorasi tambang berlian di Sierra Leone sampe 99 tahun lamanya secara legal. Selain De Beers, para pedagang asal Lebanon pun turut bermain dalam bisnis gelap penyelundupan berlian Sierra Leone ke luar negeri. Akibatnya penambangan dan perdagangan gelap berlian meningkat di Sierra Leone. Jumlah penambang gelap saat itu meningkat mencapai angka 75 ribu orang. Pada tanggal 27 April 1961, Sierra Leone dimerdekakan Inggris dan masalah ekonomi serta masalah penyelundupan berlian menjadi problem utama pemerintahan baru Sierra Leone. Pada tahun 1968, seorang populis bernama Siaka Stevens naik menjadi perdana menteri, dan menjadikan Sierra Leone sebagai negeri yang hanya memiliki satu partai politik. Stevens adalah orang pertama yang menghubungkan berlian dengan kekuatan politik, dan dia mengorganisir penambangan gelap untuk kekuatan politik dan kantong pribadinya. Dia menasionalisasi pertambangan berlian yang dikelola De Beers dengan mendirikan National Diamonds Mining Co. (NDMC). Melalui NDMC, Stevens dan seorang bisnismen asal Lebanon yang menjadi penasehat utamanya yang bernama Jamil Mohammed mengontrol total penambangan berlian di Sierra Leone. Di akhir 17 tahun pemerintahan Stevens, De Beers keluar dari Sierra Leone. Tahun 1984, De Beers menjual sisa sahamnya kepada Precious Metal Mining Co., sebuah perusahaan pertambangan berlian milik si Jamil Mohammed. Nah liat tuh para kapitalis!! Rakyat dapet apa?? Jangan tanyakan pada burung yang berkicau, ntar disangka orang gila. Tanyakan ajah sama rumput yang bergoyang (sama ajah).

Pengganti Siaka Stevens, Joseph Momoh, kemudian naik berkuasa. Karena kemampuan memimpinnya yang jelek, maka banyak urusan dan tanggung jawab yang dia percayakan kepada si Jamil Mohammed. Si Jamil Mohammed makin demen berbuat seenaknya. Akibatnya bisnis berlian haram makin marak. Pada sekitar tahun 1991, Sierra Leone memiliki pemerintahan korup yang berbisnis berlian haram. Kacau!! Liat juga tuh pemimpin2 Indonesia. Menyerahkan Blok Cepu, gunung emas di Papua, dan segala macam sumber daya alam Indonesia kepada perusahaan asing. Sehingga yang sejahtera malah Newmont-lah, Exxon-lah, Freeport-lah. Sementara mereka enak2an dengan jabatannya, rakyat malah sengsara.! Saya sebel banget liat iklan2 parpol di tipi. Kaya’ pengen saya pecahin tu tipi (backsound: daripada dipecahin mending buat gue).

Di akhir2 abad ke 20 itulah terjadi sebuah tragedi kemanusiaan di Sierra Leone. Darah tertumpah melumuri kilau sebutir berlian kecil, menjadikannya ‘berlian berdarah’ (blood diamond). Nyawa manusia terbuang sia2 di tambang2 berlian. Saya sampe melotot waktu nonton film Blood Diamond itu. Bener2 ngeri.!! Pokoknya setelah nonton film itu kita bakal makin benci sama ideologi kapitalisme yang lagi kita terapkan sekarang.

Pada tahun itu juga, tanggal 23 Maret, Foday Sankoh, seorang mantan sersan, mantan fotografer perkawinan, mantan aktivis, dan mantan kameramen, mendeklarasikan berdirinya Revolutionary United Front (RUF), yang akan mengangkat senjata melawan pemerintah Sierra Leone yang sah. Sankoh mengatakan bahwa perjuangannya mewakili nasib rakyat jelata yang dimiskinkan oleh rezim yang korup dan berpihak kepada Barat serta kepentingan pribadi dalam pengelolaan tambang berlian, dan dia menjanjikan sebuah bagian yang lebih baik kepada para petani. Perang dimulai saat RUF menyerang desa2 kaya berlian di distrik Kailahun di wilayah timur Sierra Leone dekat perbatasan dengan Liberia.

Foday Sankoh ternyata berdusta. Ternyata dia sama brengseknya dengan pemerintah Sierra Leone. Pemberontakan yang katanya untuk memerangi korupsi dan kemiskinan ternyata bohong belaka. Pada kenyataannya RUF membunuhi rakyat sipil sebagai taktik untuk menunjukkan bahwa pemerintah Sierra Leone mandul dalam melindungi rakyatnya. RUF menyadari siapa yang menguasai berlian, maka mereka pasti menguasai Sierra Leone. Karena itulah, kota2 utama yang direbut RUF adalah kota2 yang memiliki tambang berlian, dan mereka menjadikan rakyat sebagai budak2 di tambang2 berlian itu. Dengan menyelundupkan berlian itulah mereka membiayai pemberontakan mereka dan membeli senjata dari luar negeri. Karena perang sipil berlian ini, sekitar 3,7 juta jiwa telah terbunuh di Sierra Leone, Angola, dan Rep. Dem. Kongo. Antara tahun 1991 sampai tahun 2002 sekitar 50 ribu jiwa telah terbunuh di Sierra Leone saja. Lebih dari 2 juta jiwa tak punya rumah atau menjadi pengungsi. Ribuan lainnya dimutilasi, diperkosa, dan disiksa. Orang2 yang dicurigai akan melawan RUF langsung dibunuh atau dipotong tangannya. RUF bahkan memotong tangan banyak orang satu persatu seperti mengantri sembako saat pemilu di Sierra Leone akan diselenggarakan, biar rakyat pada nggak bisa nyoblos, dan biar pemilunya gagal. Kurang ajar!! Tangan siapapun mereka potong, nggak peduli anak2, dan orang tua. Makanya kalo sekarang kawan2 maen2 ke Sierra Leone pasti bakal banyak kawan2 temukan orang yang tangannya buntung.

Sabindi, chairman dari Amputees and War Wounded Association, menceritakan, “sepuluh orang dari kami sedang berjalan mencari tempat yang aman dari Kono. Para pemberontak menemukan kami dan berteriak ‘jangan bergerak, kami akan melempar sebongkah batu, siapapun yang dikenainya tangannya akan dipotong dan sisanya akan dibunuh. Batu itu mengenaiku, dan yang lain langsung ditembak. Tanganku ditaruh di atas sebuah tunggul, dan mereka langsung membacoki tanganku dengan kapak, namun sayang kapaknya tumpul. Dia minta yang lain. Setelah itu aku pingsan karena pendarahan.”. Tamba Labie, seorang penambang dari Kono pun telah kehilangan seluruh keluarganya karena dibunuh RUF. Gila bener!! Saya ajah pas nonton filmnya merinding. Nyawa manusia nggak ada harganya. Kaya’nya gampang amat peluru tertumpah dari moncong senjata, padahal itu semuanya kudu dibeli pake duit. Gara2 berlian, peluru dan senjata yang sebenernya mahal jadi gampang banget dibeli. Berlian membuat semuanya jadi murah termasuk nyawa manusia.

Di film itu kawan2 akan sering melihat anak2 kecil yang tubuh kecilnya ter-guncang2 saat menembaki orang dengan AK-47. Pasukan RUF emang banyak menculik anak2 saat penyerangan mereka ke desa2 dan kota2, dan menjadikan anak2 itu sebagai mesin2 pembunuh. RUF membunuh keluarga anak2 itu di hadapan mereka. Bahkan anak2 itu dipaksa untuk memperkosa ibunya sendiri atau saudara perempuan mereka. Semuanya itu agar mereka tidak punya tempat pulang dan tidak punya pilihan lain selain bergabung dengan RUF. Mereka dilatih membunuh, didoktrin ajaran2 Sankoh, dan dicekoki heroin serta ganja. Biadab.!! Ishmael Beah, seorang mantan tentara anak2 menulis kisahnya dalam bukunya yang berjudul Long Way Gone. Dia menceritakan bahwa tubuh tentara anak2 itu diukirkan dengan huruf “RUF” dengan silet dan bayonet.

Pada tahun 1994, RUF menguasai sebagian besar tambang2 berlian di Sierra Leone dan mengancam ibukotanya, Freetown (dinamai Freetown karena banyak budak Jamaika yang dibebaskan di sana). Perang sipil RUF itu dibiayai dengan menjual berlian kepada Liberia. RUF sendiri didukung oleh Presiden Liberia, Charles Taylor. Karena itulah RUF bisa mempertahankan perangnya selama kurang lebih 9 tahun. Di tahun 1995, RUF dipukul mundur dari Freetown oleh pasukan gabungan PBB, dan banyak ladang  berlian dibebaskan. Sekitar tahun 1996, pemilu diselenggarakan di Sierra Leone di bawah gangguan RUF (yang memutilasi tangan2 penduduk). Ahmed Tejan Kabbah naik jadi Presiden dan mengikat gencatan senjata dengan RUF. Tahun 1997, Angkatan bersenjata Sierra Leone mengkudeta Ahmed Tejan Kabbah dan membentuk Armed Force Ruling Council (AFRC). Kabbah melarikan diri, Mayor Jhony Paul Koroma naik memimpin dan mengundang RUF untuk berbagi jabatan di pemerintahan. Tahun berikutnya ECOMOG (Economic Community Cease-Fire Monitoring Group) menyerang Freetown untuk mengusir AFRC dan RUF. Kabbah pulang ke Sierra Leone, dan angkatan bersenjata Sierra Leone dibubarkan. AFRC dan RUF melanjutkan pembantaian mereka terhadap rakyat di desa2 dan kota2. PBB mengirimkan pasukan penjaga perdamaian. Pada tahun 1999, AFRC dan RUF menyerang Freetown dan membunuh 6000 warga sipil sebelum ECOMOG dan pasukan Inggris memukul mundur mereka. Pada bulan Juli, Ahmed Tejan Kabbah dan Foday Sankoh menandatangani Lome Peace Accord di bawah tekanan PBB dan Amerika (ni pasti ada udang di balik batunya). RUF menyetujui untuk melucuti senjatanya, dan sebagai konsesi untuk RUF Sankoh dibebaskan dari hukuman mati atas kejahatan perang yang dia lakukan, dan malah mendapatkan jabatan sebagai Chairman of The Strategic Mineral Resources Commission, sebuah posisi yang mengontrol sebagian besar expor berlian di Sierra Leone.

Tapi nggak jelas Si Sankoh ni maunya apa, pada tanggal 6 Januari 2000 RUF menyerang Freetown dan pemerintah Sierra Leone. Walaupun mereka berjanji untuk melucuti senjatanya ternyata mereka nggak pernah melakukannya. Dan titik dari konflik itu tetaplah berada pada penguasaan terhadap ladang berlian. Puncaknya, seluruh peredaran berlian dari Sierra Leone dilarang PBB. Pada tahun itu juga Sankoh ditahan setelah prajuritnya menembaki pengunjuk rasa di dekat rumahnya di Freetown. Pasukan ECOMOG dan pasukan Inggris yang walaupun berjumlah sedikit namun terlatih mampu mengacak-acak pasukan RUF. Penangkapannya membawa euforia bagi Sierra Leone. Ni orang emang racun, dia nggak ada orang2 pada seneng! Sankoh ditangkap oleh tentara Inggris, dan dibawah yurisdiksi pengadilan PBB, Sankoh dituntut hukuman atas 17 kejahatan termasuk diantaranya kejahatan kemanusiaan, pemerkosaan, perbudakan seksual, dan genocide! Tapi nggak usah nunggu pengadilan dari manusia, malaikal maut langsung mengacak-acak nyawa Sankoh dengan komplikasi akibat stroke saat dia akan diajukan ke meja hijau. Sankoh langsung dijebloskan ke muka pengadilan Tuhan. Nyahok luh!!!!

PBB emang bertindak, dengan mengirimkan pasukan penjaga perdamaian. Tapi ternyata di balik pasukan perdamaian PBB itu ada kepentingan negara2 kapitalis besar terhadap bisnis berlian. Sejak beberapa tahun yang lalu setelah perang sipil reda, operasi penambangan berlian yang ada adalah di pertambangan Magna Egoli yang terletak di sepanjang sungai Sewa di antara kota Bo dan Kenema. Pertambangan Magna Egoli itu dijalankan oleh Rex Mining of Antwrep sampai tahun 2002, kemudian dialihkan kepada…kepada siapa coba?? Dialihkan kepada Fauvilla Ltd. and Waldman Diamond Resources asal ISRAEL (nah loh!). Selain itu Stainmetz Diamond Group (perusahaan asal Swiss), dan River Diamonds (perusahaan asal Inggris) pun telah menginvestasikan milyaran Dolar untuk eksplorasi dan pembangunan beberapa tambang baru di Sierra Leone. Dan rakyat tetep ajah gigit jari, cuman dapet remeh temehnya doang. Kasihan banget!!

Saya baca sejarah Islam. Jaman dulu waktu Afrika di bawah kekuasaan Khilafah Islamiyah rakyatnya sejahtera tuh. Nggak kaya’ sekarang!! Nabi ngajarin bahwa barang tambang itu milik rakyat yang harus dikelola pemerintah dan hasilnya diserahkan sepenuhnya kepada rakyat. Kalo aturan itu dipake semuanya pasti sejahtera. Sayang aturan Islam sekarang nggak kita pake!! Sayang seribu kali sayang!!![]

Ludibrium

merenung
ada banyak hal yang mesti kita renungkan

Kenapa aku tak jadi debu? Tidak akan pernah merasa duka, walau dibawa angin entah ke mana. Walau pun diinjak-injak manusia, disingkirkan tanpa makna. Tak ada kesempitan di tengah-tengah alam yang lengang. Tak terasa hilang di antara makhluk ramai berkeliaran. Tidak usah hina oleh dosa dan takut azab lagi siksa. Sebab debu-lah dia adanya. Tidak peduli walau segala mencela, namun dia tetaplah dia. Mengalir pada air. Melompat di udara. Apakah adanya sia-sia? Tenggelam dalam kelicikan dan berpikir begitu rupa, lantas menjawab “ya”. Namun tidak, kawan. Tidak senoktah debu pun tercipta sia-sia.

Namun akulah manusia, dipeluk takdir yang tidak sanggup aku lawan. Aku harus berdiri melawan nyeri, bertempur menghambur dosa. Hidup dengan lara dan cita-cita. Lantas mati dan bertanggung jawab buat semuanya. Betapa tak terperi. Betapa tiada tara! Apakah aku bisa? Aku bisa? Betapa ngeri aku dengan hidup seperti ini. Dengan takdir seperti ini. Layakkah aku jadi manusia? Seonggok daging dan sepercik darah yang harus bertanggung jawab akan dirinya. Sungguh ngeri segalanya itu! Tapi alam mengajarkan aku sebuah keyakinan. Bahwa pencipta di belakang jagad raya mengetahui segalanya. Dan Dialah yang memberi aku nama: manusia. Dan menganugerahkan takdir bersamanya. Dia tahu aku bisa, dan Dia mau aku berusaha. Tanya itu selalu datang. Kenapa aku tak jadi debu? Tanpa dosa.!! Dan pada debu-lah aku mendapatkan jawabannya. [sayf]

Dracula versus Al Fatih

Abad ke-15 Masehi adalah salah satu abad yang gemilang bagi peradaban kaum muslimin. Pada masa itu kaum muslim di bawah kepemimpinan Khalifah mereka yaitu Muhammad al Fatih berhasil menunaikan janji Rasulullah, yang beliau ucapkan sekitar 800 tahun yang lalu, yaitu menaklukkan kota Konstantinopel yang agung. Sebuah kota yang sangat sulit ditaklukkan. Setelah ditaklukannya kota itu, futuhat kaum muslim berjalan dengan cepat dan memukau menyelimuti daratan Eropa. Nabi bersabda pasukan terbaik adalah pasukan yang menaklukkan Konstantinopel dan komandan terbaik adalah komandan yang memimpin penaklukan Konstantinopel. Sabda Rasul ini menempatkan Muhammad al Fatih dan prajurit Khilafah Islamiyah sebagai komandan dan prajurit terbaik yang pernah ada dalam peradaban umat manusia. Pasukan yang menaklukan Konstantinopel adalah prajurit yang hampir tidak pernah absen solat tahajud, selalu berpuasa sunnah, bersedekah, dan selalu melaksanakan berbagai amalan nafilah lainnya. Begitu juga Al-Fatih sebagai komandannya, beliau dikenal sebagai Khalifah yang tidak pernah meninggalkan solat tahajud sekalipun sejak beliau akil balig. Beliau tidak pernah melihat punggung siapapun saat solat berjamaah di masjid, dengan demikian beliau selalu menjadi imam dan datang tepat waktu. Sungguh luar biasa komandan dan prajurit ini.
Namun pada abad ke-15 pulalah terjadi berbagai peristiwa yang tak kalah memilukan bagi kaum muslim. Salah satu peristiwa itu adalah pembantaian yang dilakukan oleh Dracula terhadap ribuan tawanan prajurit Khilafah. Dracula yang disebut di sini bukanlah vampir penghisap darah dalam khayalan Bram Stoker. Dracula adalah nama sebuah gelar yang disematkan kepada Vlad III Tepes. Seorang penguasa (pada masa itu biasa disebut Voivode) yang memimpin wilayah Wallachia (sekarang wilayah selatan Romania). Gelar Dracula dia dapat dari ayahnya (Vlad II). Gelar ayahnya adalah Dracul (naga), gelar itu didapat ayahnya karena dia adalah anggota Ordo Naga, sebuah ordo ksatria Kristen yang bertugas untuk menahan serangan kaum muslim yang terus bergerak membebaskan Eropa. Gelar Dracul itu kemudian diikuti oleh ulea. Akhiran ulea ini dalam bahasa Romania artinya adalah putra dari. Dengan demikian penggabungan dua kata ini menghasilkan gelar Draculea. Pada perkembangan selanjutnya penyebutannya berubah menjadi Dracula, yang artinya putra sang naga. Vlad III atau Dracula inilah yang hobinya menghukum orang dengan cara memancang (menusuk dari bawah sampai tembus ke atas, kemudian kayu pancang itu ditegakkan, membuat mayat yang tertusuk itu tak ubahnya seperti sate). Ribuan prajurit muslim syahid dibunuh oleh Dracula dengan cara dipancang seperti ini.
Nasib mempertemukan Dracula dan Al-Fatih. Masing-masing mereka mewakili keimanan dan kekufuran. The Chronicles of Draculesti mengisahkan tentang pertemuan dan jalan mereka. Mereka tumbuh bersama pada awalnya, namun mereka mengambil jalan yang berbeda. Novel fiksi sejarah Islam ideologis pertama ini berhasil menggambarkan betapa santun dan memukaunya jihad pasukan Khilafah Islam, betapa mengagumkannya penaklukan Konstantinopel, dan betapa kejinya kaum kafir ketika mereka berkuasa. Novel ini berhasil memberikan gambaran betapa agungnya Islam dan betapa besarnya Khilafah Islamiyah yang akan segera berdiri kembali tak lama lagi, meraih kembali kegemilangan yang sudah pernah terjadi, bahkan meraih sesuatu yang lebih dari itu. The Chronicles of Draculesti adalah sebuah serial yang mendebarkan.

‘IZZAH KARIM

Mesir

Malam hitam kelam. Pekat menakutkan. Namun apabila malam semakin kelam, apabila gelap semakin hitam, tandanya cahaya akan segera datang. Begitulah takdir Tuhan.
Langit malam itu menggelantung di bumi Mesir, memayungi kediaman Jenderal Besar Angkatan Bersenjata Republik Mesir, Syaddad Moustafa. Segala masalah padat sesak di kepalanya. Sepuluh jarinya berlarian di atas tuts laptop. Kaca matanya membayangkan layar yang bercahaya itu. Seragam dan balok pangkat bintang empat yang berat karena tanggung jawab sedang tidak dikenakannya, diganti sehelai kemeja ringan lengan pendek warna putih. Jenderal Syaddad nasionalis sejati, bertanggung jawab, dan keras pada keadilan. Kata-katanya lugas dan tanpa kompromi. Kalau dia sudah mengambil keputusan akan sulit mengubahnya lagi. Di tangannyalah kekuasaan angkatan bersenjata Mesir terletak, pengaruh dan kharismanya besar. Dagu kerasnya kokoh, dihiasi janggut pendek yang tumbuh sampai pipi dan lehernya. Sebagian telah memutih namun tak mengurangi kewibawaannya.
Tiba-tiba pintu kamar kerjanya diketuk, suara salam terdengar. Ia jawab salam itu dan menyahut.
“Masuk saja, tidak dikunci,” tanpa mengalihkan pandangan sekejap pun dari laptopnya.
Masuklah ke ruangan itu, seorang perempuan muda, cantik dan mulia. Sebab tubuhnya terbalut pakaian takwa. Ia melangkah pelan ke hadapan Jenderal Syaddad di seberang meja. Sang Jenderal menatap perempuan itu, wajahnya tegang saja, padahal perempuan itu adalah puterinya sendiri, namanya Nouha.
“Ayah harap kita bicarakan hal penting kali ini,” kata Jenderal Syaddad. “Tidak perlu lagi memicarakan hal yang sudah selesai.”
Nouha tersenyum manis kepada ayahnya. Bagi Jenderal Syaddad semua urusan militer dan politik akan selesai di tangannya dengan baik. Ia setia, Ia ada di garda terdepan dalam menghancurkan semua musuh negara, memerintahkan pembunuhan lawan politik sudah biasa baginya, Ia patuh kepada rezim dan negaranya, tapi urusannya dengan Nouha tak pernah selesai. Urusan yang dibawa Nouha tiap malam ke meja kerjanya menambah-nambah berat beban pikiran di kepalanya yang sudah padat sesak.
Sejak isterinya meninggal, Jenderal Syaddad sangat mencintai puterinya itu. Ia penuhi semua kemauan Nouha, semuanya, kecuali satu hal.
Nouha masih tersenyum, “Urusan ini tak akan selesai, Ayah, tak akan pernah selesai, sampai Allah azza wa jalla memenangkan agama ini. Tiap malam aku akan memohon pertolongan kepada Ayah. Karena Ayah memiliki semuanya. Ayah memiliki kekuatan itu, ayah memiliki kekuasaan itu, dan aku akan terus meminta. Tolonglah para pengemban dakwah, beri perlindungan kepada mereka, dukung mereka, limpahkan kekuasaan pada mereka. Pada tangan ayah-lah sesungguhnya kekuasaan nyata itu berada, karena itu lindungilah mereka dengan kekuasaan itu agar mereka bisa menegakkan Islam dengan sempurna, dan menolong saudara kita yang sedang dijajah.”
“Tak mungkin, Tak mungkin, Nouha,” Jenderal Syaddad berdiri dan menggebrak meja, Nouha tersentak kaget, laptop terbanting, “Kau mau ayah mengkhianati negara? Mengkhianati kontitusi kita? Kau mau ayah jadi pengkhianat?”
“Tak ada gunanya taat pada negara ini. Ayah hanya akan menambah dosa dan kemaksiatan. Jangan ayah bela penguasa antek penjajah, ayah akan mengkhianati Allah dan RasulNya. Demi Allah, aku takut ayah merugi dunia dan akhirat karena membela thagut.”
“Jauh-jauh ayah menyekolahkanmu ke Inggris malah jadi pembangkang seperti ini. Ayah kecewa padamu, KECEWA.” Nada suara Jenderal Syaddad terus meninggi.
“Inilah yang benar. Quran dan sunnah yang harus kita taati,” suara Nouha tetap lemah lembut. “Tolonglah pengemban dakwah, dengan dukungan ayah syariat pasti tegak, Khilafah pasti berdiri, kekuatan kita akan kembali, dengan itu kita pasti bisa mengusir penjajah, menolong saudara kita yang dibunuhi tiap hari, me…”
“DIAM,” potong Jenderal Syaddad. Ia melangkah mendekati Nouha yang tak mau berhenti bicara.
“Jangan setia kepada pemimpin munafik yang membiarkan saja saudaranya mati dibantai penjajah, malah mereka membantu penjajah membantai saudara kita dengan membangun pagar besi. Mereka menginjak-injak Quran dan Sunnah. Mereka itu biadab. Tolonglah kaum muslim, Ayah, tolong ka…”
Plakk…! Jenderal Syaddad kehilangan kesabarannya dan menampar Nouha sampai jatuh terjengkang di lantai. Tak pernah sekali pun ia melakukan hal itu pada puteri kesayangannya, namun malam itu Nouha sudah kelewat batas.
“JANGAN BICARA LAGI,” hardik Jenderal Syaddad sambil menunjuk Nouha.
Nouha menutup wajahnya yang telah memerah, ia menangis.
Menatap puterinya itu Jenderal Syaddad luluh juga. Ia berlutut di sebelah puterinya dan memeluknya, merasakan bahu Nouha yang berguncang di dadanya.
“Nouha, tolong jangan pancing ayah lagi, tak mungkin ayah memenuhi permintaanmu. Kau tahu posisi ayah? Kau tahu siapa ayah?”
Suara tangisan suci memecah malam. Nouha terisak air mata, dan rasa nyeri tamparan itu menerjang hatinya. Tapi ia berusaha kuat. Ia hapus air matanya, perlahan ia lepaskan pelukan tangan ayahnya. Jenderal Syaddad lamat-lamat menyadari sesuatu yang tak enak. Nouha bangkit pelan-pelan.
“Ayah mencintaimu, tak ingin kehilanganmu, hanya dirimu yang ayah punya, kalau kau bicara begini terus kau bisa celaka,” nada suara Jenderal Syaddad mulai menurun, ada sesal di hatinya sebab telah menampar Nouha. “Ayah pun bisa celaka.”
“Kecelakaan mana yang paling besar kalau bukan murka Allah? Mengapa aku meminta semua ini setiap malam? Karena aku mencintai ayah. Karena aku tak ingin ayah mendapat azab yang pedih di akhirat kelak. Aku ingin keluarga kita berkumpul kembali di sorga,” Nouha menunduk, tak kuasa menatap wajah ayahnya.
Jenderal Syaddad diam saja, air mukanya keruh, rasa hatinya tak karuan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Nouha berbalik dan melangkah gontai keluar ruangan itu sambil membisikkan ratapan hatinya yang kelak berubah menjadi doa.
Allahumma a’izzal islama wal muslimin, wa ahlikil kafirota wal musyrikin…
Dan Jenderal Syaddad tenggelam ditelan malam sendirian.

Kamp X-Ray
Teluk Guantanamo

Malam masih kelam menakutkan. Kadang-kadang suara jeritan terngiang nyaring di penjara itu, X-Ray. Tempat Amerika menyempurnakan penjajahannya kepada orang-orang Islam. Terali-teralinya kokoh, lampu tembak menyala terang. Serdadu-serdadu berbaju loreng mondar-mandir melaksanakan tugasnya.
Pada salah satu ruang interogasi di fasilitas penjara itu duduklah seorang pemuda, sendirian. Wajahnya ditumbuhi janggut dan kumis, makin menyempurnakan tampang arabnya. Di ruangan itu hanya ada kursi tempatnya duduk, tak ada benda lain lagi. Dinding-dinding dari besi menyelimuti sekelilingnya, dan membuat tanda tanya demikian menyiksa. Pakaian seragam oranye khas tahanan Kamp X-Ray terpasang longgar di badannya.
Di sebelah ruangan itu terletak sebuah ruangan lagi yang penuh dengan monitor dan panel-panel. Ada tuas dan tombol-tombol. Beberapa tentara duduk di hadapan panel-panel itu mengawasi para pesakitan. Dan seorang pria berbadan besar, bertampang sangar, dengan lagak superior memuakkan berdiri tegak sambil menyilangkan tangan di depan dadanya. Nama pria itu Burke, pangkatnya sersan. Di sisi Burke hadir pula anak buahnya, namanya Evan.
“Bagaimana dengan tahanan yang ini, Sersan?” Evan menunjuk pada sebuah monitor yang menampilkan gambar pemuda bertampang arab itu.
“Dia, akan kita interogasi, kita suruh mengaku,” sahut Burke dengan ketus.
“Memangnya siapa dia?” Evan mengusap dagunya.
“Cuma orang asing yang kita tangkap dari jalanan Peshawar. Akan kita paksa dia mengaku bahwa dia teroris anak buah bin Laden.”
Evan mengangguk setuju seolah perbuatan itu sudah seharusnya terjadi. Tangan raksasa Burke menepuk bahu Evan, mengajaknya keluar ruangan itu. Continue reading ‘IZZAH KARIM

Write for the sweetest struggle